
Hebat, Rupiah Kini Makin Kuat!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2018 10:46

Selain itu, dolar AS juga mendapat tekanan dari tingginya risk appetite pasar karena perkembangan positif di Eropa. Dari Inggris, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draft perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
PM May mengatakan dalam kesepakatan tersebut, Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London tetap membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
Sudah lolosnya draf kesepakatan Brexit di Uni Eropa bisa membuat pelaku pasar lega untuk sementara. Sekarang tinggal melalui satu tahap lagi yaitu pengesahan parlemen pada 11 Desember. Sampai pada saat itu, sepertinya urusan Brexit tidak lagi menjadi risiko di pasar keuangan dunia.
Kemudian dari Italia, pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan.
"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters.
Drama fiskal Italia yang tidak lagi tegang bisa membawa optimisme di pasar. Ada harapan Italia tidak lagi keukeuh mempertahankan anggaran yang ekspansif dan agresif sehingga terhindari dari risiko besar bernama krisis fiskal, seperti yang pernah mereka alami pada 2009-2010.
Dua kabar gembira dari Eropa itu berpotensi membuat investor berbunga-bunga. Setidaknya dua risiko besar yaitu Brexit dan fiskal Italia bisa dikesampingkan, sehingga bukan lagi saatnya bermain aman.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(aji/aji)
Sudah lolosnya draf kesepakatan Brexit di Uni Eropa bisa membuat pelaku pasar lega untuk sementara. Sekarang tinggal melalui satu tahap lagi yaitu pengesahan parlemen pada 11 Desember. Sampai pada saat itu, sepertinya urusan Brexit tidak lagi menjadi risiko di pasar keuangan dunia.
Kemudian dari Italia, pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan.
"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters.
Drama fiskal Italia yang tidak lagi tegang bisa membawa optimisme di pasar. Ada harapan Italia tidak lagi keukeuh mempertahankan anggaran yang ekspansif dan agresif sehingga terhindari dari risiko besar bernama krisis fiskal, seperti yang pernah mereka alami pada 2009-2010.
Dua kabar gembira dari Eropa itu berpotensi membuat investor berbunga-bunga. Setidaknya dua risiko besar yaitu Brexit dan fiskal Italia bisa dikesampingkan, sehingga bukan lagi saatnya bermain aman.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular