
BI Agresif Kerek Bunga, Tahun Depan Kredit Tumbuh Lambat
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 November 2018 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek bunga acuan sebanyak 175 basis poin (bps) dalam beberapa bulan terakhir berpotensi memicu terkereknya suku bunga perbankan.
Ketika suku bunga perbankan naik, maka dunia usaha akan mempertimbangkan kembali rencana pengajuan pinjaman. Hal ini pun bisa menekan produksi dan konsumsi.
Meski demikian, dampak kenaikan bunga terhadap pertumbuhan kredit tahun ini belum akan terasa. bank sentral memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini bisa tumbuh 12,22% year-on-year (yoy).
Namun, pada tahun depan BI memproyeksikan pertumbuhan kredit melambat menjadi 11,23% (yoy), sementara pertumbuhan dana pihak ketiga mencapai 9,62% (yoy), naik dari proyeksi tahun ini (7,77)% yoy.
Demikian proyeksi tersebut diungkap oleh sebuah dokumen yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (23/11/2018).
Kenaikan bunga acuan bank sentral, memang akan memengaruhi pasar uang antar bank (PUAB), yang kemudian secara langsung akan menentukan biaya dana.
Kenaikan bunga PUAB, kemudian akan terefleksikan ke suku bunga deposito. Untuk mengkompensasi biaya tersebut, bank pun mau tidak mau harus menaikkan bunga kredit.
Kenaikan bunga kredit tentu akan membuat konsumen dan pelaku usaha menahan diri untuk menarik kredit, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Jika ini terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun bisa melambat. Tanda-tanda perlambatan pun sejatinya sudah terlihat di kuartal III-2018 lalu, di mana pertumbuhan ekonomi hanya 5,17%.
Padahal pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,27%, atau yang terbaik di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Untuk tahun depan, bank sentral pun berencana mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyebabnya, adalah kenaikan bunga acuan yang membuat permintaan domestik berpotensi melambat.
"Kita potong outlook untuk 2019 ke kisaran yang lebih rendah," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Segenap Alasan BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5%
Ketika suku bunga perbankan naik, maka dunia usaha akan mempertimbangkan kembali rencana pengajuan pinjaman. Hal ini pun bisa menekan produksi dan konsumsi.
Meski demikian, dampak kenaikan bunga terhadap pertumbuhan kredit tahun ini belum akan terasa. bank sentral memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini bisa tumbuh 12,22% year-on-year (yoy).
Kenaikan bunga acuan bank sentral, memang akan memengaruhi pasar uang antar bank (PUAB), yang kemudian secara langsung akan menentukan biaya dana.
Kenaikan bunga PUAB, kemudian akan terefleksikan ke suku bunga deposito. Untuk mengkompensasi biaya tersebut, bank pun mau tidak mau harus menaikkan bunga kredit.
Kenaikan bunga kredit tentu akan membuat konsumen dan pelaku usaha menahan diri untuk menarik kredit, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Jika ini terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun bisa melambat. Tanda-tanda perlambatan pun sejatinya sudah terlihat di kuartal III-2018 lalu, di mana pertumbuhan ekonomi hanya 5,17%.
Padahal pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,27%, atau yang terbaik di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Untuk tahun depan, bank sentral pun berencana mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyebabnya, adalah kenaikan bunga acuan yang membuat permintaan domestik berpotensi melambat.
"Kita potong outlook untuk 2019 ke kisaran yang lebih rendah," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.
[Gambas:Video CNBC]
(roy) Next Article Segenap Alasan BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular