
Harga CPO Anjlok, 450 Ribu Lapangan Kerja Sirna
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
22 November 2018 20:59

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penurunan ekspor industri kelapa sawit terhadap perekonomian RI, Tim Riset CNBC Indonesia menggunakan metode analisis Input – Output. Analisis ini menggunakan Tabel Input - Output Indonesia Tertutup 2010 berdasarkan Transaksi Domestik Atas Dasar harga Produsen, yang formulanya dirilis oleh BPS.
Mengapa menggunakan analisis Input-Output? Karena dampak dari turunnya permintaan di satu industri tidak dapat dikaji secara satu dimensi.
Dengan kata lain, naik atau turunnya permintaan akhir (konsumsi, investasi, ekspor, atau pengeluaran pemerintah) pada suatu industri tidak hanya berdampak pada industri itu saja, namun juga ke industri lainnya.
Hal tersebut terjadi karena adanya keterkaitan satu industri dengan industri lainnya dalam satu perekonomian. Contohnya, apabila permintaan akhir sektor industri kelapa sawit menurun, maka permintaan pupuk atau pestisida (yang merupakan bahan baku perkebunan kelapa sawit) juga akan ikut berkurang.
Berdasarkan pengolahan data Tim Riset CNBC Indonesia apabila dilakukan simulasi dampak dengan menggunakan shock penurunan ekspor kelapa sawit sebesar Rp 22,87 triliun (setara dengan nilai penurunan ekspor CPO pada periode Januari-Agustus 2017), maka:
1. Pengurangan ekspor minyak kelapa sawit senilai Rp 22,87 triliun akan mengakibatkan output perekonomian nasional berkurang 0,368%. Apabila menggunakan nominal PDB tahun 2017 (berdasarkan harga berlaku) pada tahun 2017 sebesar Rp 13.588,8 triliun, maka pengurangannya sekitar Rp 50,01 triliun.
2. Pengurangan ekspor minyak kelapa sawit senilai Rp 22,87 triliun akan mengakibatkan penurunan lapangan kerja sebanyak 0,364%. Apabila persentase pengurangan tersebut diaplikasikan pada jumlah tenaga kerja per Agustus 2018 sebesar 124,01 juta, maka pengurangan lapangan kerja bisa mencapai 451.396.
Menurut perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, sektor yang paling terdampak (selain sektor kelapa sawit) ditempati oleh industri pupuk, industri pestisida, dan jasa penunjang kehutanan dan pertanian.
Hal itu dikarenakan 3 sektor tersebut merupakan salah satu bahan baku maupun sistem pendukung utama untuk perkebunan kelapa sawit.
Adapun output sektor kelapa sawit sendiri mengalami penurunan sebesar 24,39%, akibat berkurangnya ekspor sebesar CPO senilai Rp 22,87 triliun.
Meski pendekatannya masih menggunakan Tabel Input-Output tahun 2010 (tabel teranyar yang disediakan oleh BPS), hitungan tersebut setidaknya mampu menjadi gambaran seberapa besar perekonomian nasional dapat terdampak oleh lesunya industri kelapa sawit.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/hps)
Mengapa menggunakan analisis Input-Output? Karena dampak dari turunnya permintaan di satu industri tidak dapat dikaji secara satu dimensi.
Dengan kata lain, naik atau turunnya permintaan akhir (konsumsi, investasi, ekspor, atau pengeluaran pemerintah) pada suatu industri tidak hanya berdampak pada industri itu saja, namun juga ke industri lainnya.
Berdasarkan pengolahan data Tim Riset CNBC Indonesia apabila dilakukan simulasi dampak dengan menggunakan shock penurunan ekspor kelapa sawit sebesar Rp 22,87 triliun (setara dengan nilai penurunan ekspor CPO pada periode Januari-Agustus 2017), maka:
1. Pengurangan ekspor minyak kelapa sawit senilai Rp 22,87 triliun akan mengakibatkan output perekonomian nasional berkurang 0,368%. Apabila menggunakan nominal PDB tahun 2017 (berdasarkan harga berlaku) pada tahun 2017 sebesar Rp 13.588,8 triliun, maka pengurangannya sekitar Rp 50,01 triliun.
2. Pengurangan ekspor minyak kelapa sawit senilai Rp 22,87 triliun akan mengakibatkan penurunan lapangan kerja sebanyak 0,364%. Apabila persentase pengurangan tersebut diaplikasikan pada jumlah tenaga kerja per Agustus 2018 sebesar 124,01 juta, maka pengurangan lapangan kerja bisa mencapai 451.396.
Menurut perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, sektor yang paling terdampak (selain sektor kelapa sawit) ditempati oleh industri pupuk, industri pestisida, dan jasa penunjang kehutanan dan pertanian.
Hal itu dikarenakan 3 sektor tersebut merupakan salah satu bahan baku maupun sistem pendukung utama untuk perkebunan kelapa sawit.
Adapun output sektor kelapa sawit sendiri mengalami penurunan sebesar 24,39%, akibat berkurangnya ekspor sebesar CPO senilai Rp 22,87 triliun.
Meski pendekatannya masih menggunakan Tabel Input-Output tahun 2010 (tabel teranyar yang disediakan oleh BPS), hitungan tersebut setidaknya mampu menjadi gambaran seberapa besar perekonomian nasional dapat terdampak oleh lesunya industri kelapa sawit.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/hps)
Pages
Most Popular