
Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 November 2018 09:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 0,35%, indeks Shanghai naik 0,17%, indeks Hang Seng naik 0,65%, indeks Strait Times naik 0,47%, dan indeks Kospi naik 0,12%.
Bursa saham Asia mengikuti jejak Wall Street yang ditutup menguat pada dini hari tadi: indeks S&P 500 naik 0,3% dan indeks Nasdaq naik 0,92%.
Menjelang libur Thanksgiving, bursa saham AS mendapatkan suntikan tenaga dari memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve pada bulan depan. Hal ini terjadi seiring dengan rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi.
Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018 diumumkan sebesar 224.000, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 215.000, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode Oktober 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 0,1% MoM, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 74,1%, lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 78,4%.
Ditengah perang dagang dengan China yang tengah berkecamuk, tentu normalisasi yang tak terlalu agresif menjadi pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Perkembangan teranyar, United States Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (20/11/2018) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Bursa saham Asia mengikuti jejak Wall Street yang ditutup menguat pada dini hari tadi: indeks S&P 500 naik 0,3% dan indeks Nasdaq naik 0,92%.
Menjelang libur Thanksgiving, bursa saham AS mendapatkan suntikan tenaga dari memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve pada bulan depan. Hal ini terjadi seiring dengan rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 74,1%, lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 78,4%.
Ditengah perang dagang dengan China yang tengah berkecamuk, tentu normalisasi yang tak terlalu agresif menjadi pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Perkembangan teranyar, United States Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (20/11/2018) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular