Kena Harapan Palsu, Rupiah Batal Menguat 6 Hari Beruntun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2018 16:58
Kena Harapan Palsu, Rupiah Batal Menguat 6 Hari Beruntun
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Malang betul nasib rupiah. Sempat heroik dengan melawan balik dolar Amerika Serikat (AS) sejak jelang tengah hari, perjalanan rupiah harus berakhir di zona merah. Ya, rupiah ditutup melemah di hadapan greenback. 

Pada Rabu (21/11/2018), US$ 1 sama dengan Rp 14.600 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Perjalanan rupiah lagi-lagi aneh. Rupiah mengawal hari dengan pelemahan 0,17%, dan bahkan sempat lebih dalam dengan mencapai 0,24%. 


Namun jelang tengah hari, rupiah semakin memepet dolar AS dan akhirnya bisa menyalip. Rupiah pun menguat, dan bahkan menjadi mata uang terbaik di Asia. 


Jelang penutupan pasar, rupiah seperti kehabisan bensin. Dolar AS kembali menerkam, dan rupiah harus menerima kenyataan finis di jalur merah. Penguatan rupiah tadi ternyata hanya harapan palsu.

Pelemahan ini sekaligus memutus rantai winning streak rupiah yang terjadi dalam 5 hari perdagangan sebelumnya. Rupiah batal menguat 6 hari beruntun. 

Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Sore ini, mata uang Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga melemah adalah dolar Hong Kong, yen Jepang, won Korea Selatan, dan ringgit Malaysia.

Ringgit menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam. Disusul oleh yen dan rupiah di posisi ketiga terbawah. Status sebagai mata uang terlemah ketiga Asia juga disandang rupiah pagi ini.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:15 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sebenarnya dolar AS sedang melemah, dan itu tidak bisa dimanfaatkan oleh sebagian mata uang Asia termasuk rupiah. Pada pukul 16:18 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,22%. 

Dolar AS melemah karena berita baik dari Eropa. Reuters mengabarkan, pemerintah Italia bersedia berkompromi soal rancangan anggaran 2019.  

Sebelumnya, Uni Eropa sudah menolak rencana anggaran tersebut karena dinilai terlalu agresif. Defisit anggaran ditargetkan mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kenaikan defisit akan membuat utang pemerintah Italia semakin menggunung, dan risiko krisis fiskal ikut membesar. 

Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kemudian mengirim kembali rancangan anggaran yang sama, tanpa perubahan. Sikap ngotot Roma sempat membuat hubungan dengan Brussel menegang. 

Namun kini pemerintah Italia melunak. Wakil Perdana Menteri Matteo Salvini menyatakan membuka kemungkinan untuk mengkaji ulang rencana anggaran 2019. Pemerintah siap untuk mengurangi belanja negara agar bisa mengurangi defisit. 

Kabar ini meredakan satu risiko di pasar keuangan global, yaitu kemungkinan krisis fiskal di Negeri Pizza. Investor pun kembali berani mengambil risiko, melepas aset aman (safe haven), dan masuk ke pasar keuangan Asia. Ini membuat sejumlah mata uang Asia mampu menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Lalu mengapa rupiah berbalik melemah? Kemungkinan penyebabnya adalah harga minyak. Pada pukul 16:32 WIB, harga minyak jenis brent naik 1,07% dan light sweet melesat 1,82%. Harga minyak stabil menguat di kisaran 1% sejak siang tadi, setelah pada dini hari sempat anjlok di level 6%. 

Investor menilai bisa saja harga minyak memulai fase kebangkitan alias rebound. Dalam sebulan terakhir, brent amblas 20,83% dan light sweet ambrol 21,58%. 

Kejatuhan harga minyak yang sudah sangat dalam tentu membuka peluang untuk rebound. Harga minyak yang sudah murah, bahkan secara year-to-date sudah minus, bisa menarik minat investor untuk memborong komoditas ini. Peningkatan permintaan tentu akan menaikkan harga si emas hitam. 

Bagi Indonesia, terutama rupiah, kenaikan harga minyak bukan berita baik. Sebab Indonesia adalah negara net importir migas, sehingga lonjakan harga minyak akan membuat impor semakin mahal.

Saat harga minyak naik, maka impor migas akan lebih mahal dan defisit neraca migas semakin parah. Neraca migas menjadi biang kerok defisit yang dialami neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Bila transaksi berjalan terus-menerus defisit karena beban di neraca migas, maka rupiah akan sulit menguat karena pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret cenderung kurang.

Oleh karena itu, kabar kenaikan harga minyak menjadi sentimen negatif buat rupiah. Investor yang menyadari hal itu buru-buru melepas rupiah karena ada potensi pelemahan ke depan.

Kemungkinan kedua adalah ambil untung atau profit taking. Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama 5 hari beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,54%. 

Mungkin pelaku pasar menilai cuan yang didapat sudah cukup dan saatnya dicairkan. Apalagi ada alasan harga minyak sedang naik, yang bisan mengancam nasib rupiah ke depan. Aksi ambil untung mendapat justifikasi kuat dan membuat rupiah terkena tekanan jual.    


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular