
Kena Harapan Palsu, Rupiah Batal Menguat 6 Hari Beruntun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2018 16:58

Lalu mengapa rupiah berbalik melemah? Kemungkinan penyebabnya adalah harga minyak. Pada pukul 16:32 WIB, harga minyak jenis brent naik 1,07% dan light sweet melesat 1,82%. Harga minyak stabil menguat di kisaran 1% sejak siang tadi, setelah pada dini hari sempat anjlok di level 6%.
Investor menilai bisa saja harga minyak memulai fase kebangkitan alias rebound. Dalam sebulan terakhir, brent amblas 20,83% dan light sweet ambrol 21,58%.
Kejatuhan harga minyak yang sudah sangat dalam tentu membuka peluang untuk rebound. Harga minyak yang sudah murah, bahkan secara year-to-date sudah minus, bisa menarik minat investor untuk memborong komoditas ini. Peningkatan permintaan tentu akan menaikkan harga si emas hitam.
Bagi Indonesia, terutama rupiah, kenaikan harga minyak bukan berita baik. Sebab Indonesia adalah negara net importir migas, sehingga lonjakan harga minyak akan membuat impor semakin mahal.
Saat harga minyak naik, maka impor migas akan lebih mahal dan defisit neraca migas semakin parah. Neraca migas menjadi biang kerok defisit yang dialami neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Bila transaksi berjalan terus-menerus defisit karena beban di neraca migas, maka rupiah akan sulit menguat karena pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret cenderung kurang.
Oleh karena itu, kabar kenaikan harga minyak menjadi sentimen negatif buat rupiah. Investor yang menyadari hal itu buru-buru melepas rupiah karena ada potensi pelemahan ke depan.
Kemungkinan kedua adalah ambil untung atau profit taking. Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama 5 hari beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,54%.
Mungkin pelaku pasar menilai cuan yang didapat sudah cukup dan saatnya dicairkan. Apalagi ada alasan harga minyak sedang naik, yang bisan mengancam nasib rupiah ke depan. Aksi ambil untung mendapat justifikasi kuat dan membuat rupiah terkena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Investor menilai bisa saja harga minyak memulai fase kebangkitan alias rebound. Dalam sebulan terakhir, brent amblas 20,83% dan light sweet ambrol 21,58%.
Kejatuhan harga minyak yang sudah sangat dalam tentu membuka peluang untuk rebound. Harga minyak yang sudah murah, bahkan secara year-to-date sudah minus, bisa menarik minat investor untuk memborong komoditas ini. Peningkatan permintaan tentu akan menaikkan harga si emas hitam.
Saat harga minyak naik, maka impor migas akan lebih mahal dan defisit neraca migas semakin parah. Neraca migas menjadi biang kerok defisit yang dialami neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Bila transaksi berjalan terus-menerus defisit karena beban di neraca migas, maka rupiah akan sulit menguat karena pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret cenderung kurang.
Oleh karena itu, kabar kenaikan harga minyak menjadi sentimen negatif buat rupiah. Investor yang menyadari hal itu buru-buru melepas rupiah karena ada potensi pelemahan ke depan.
Kemungkinan kedua adalah ambil untung atau profit taking. Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama 5 hari beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,54%.
Mungkin pelaku pasar menilai cuan yang didapat sudah cukup dan saatnya dicairkan. Apalagi ada alasan harga minyak sedang naik, yang bisan mengancam nasib rupiah ke depan. Aksi ambil untung mendapat justifikasi kuat dan membuat rupiah terkena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular