Harga CPO Kembali Amblas ke Level Terendah Dalam 3 Tahun
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
21 November 2018 13:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi 1,31% ke MYR 1.960/ton pada perdagangan hari ini Rabu (21/11/2018), hingga pukul 11.30 WIB, atau penutupan perdagangan sesi 1.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini kembali anjlok ke level terendahnya dalam lebih dari 3 tahun terakhir.
Pelemahan harga CPO terjadi mengekor koreksi harga minyak mentah dunia yang amat signifikan pada perdagangan overnight. Selain itu, membanjirnya pasokan dan lemahnya permintaan juga masih menjadi "hantu" yang menyeret harga CPO ke jurang kehancuran.
Beberapa waktu lalu, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia naik 7,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 2,72 juta ton pada Oktober.
Meski masih lebih rendah dari survei Reuters yang mengestimasikan kenaikan sebesar 14,1% MtM, namun nampaknya stok sebesar itu masih dianggap cukup tinggi oleh pelaku pasar. Secara historis, stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran telah meningkat selama 5 bulan berturut-turut ke level tertingginya sejak Desember 2017.
Stok di Malaysia dan Indonesia (top 2 produsen minyak kelapa sawit di dunia) bahkan masih akan diperkirakan meningkat pada dua bulan terakhir tahun ini. Pasalnya, permintaan dari importir utama diekspektasikan akan menurun di musim dingin.
Lemahnya permintaan ini ditunjukkan dari ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang menurun 10,9% MtM pada periode 1-20 November, mengutip data AmSpec Agri Malaysia,. Senada dengan itu, lembaga surveyor kargo Intertek Testing Services juga melaporkan penurunan ekspor sebesar 3,2% MtM di periode yang sama.
Selain karena faktor fundamental tersebut, harga CPO juga tertekan oleh koreksi tajam harga minyak mentah dunia. Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/11/2018), harga light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) amblas 5,87%, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa anjlok 6,38%.
Hanya dalam waktu 1,5 bulan, harga minyak light sweet kini sudah jatuh lebih dari 30% dari puncak tertingginya dalam 4 tahun terakhir yang dicapai pada awal Oktober lalu.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO yang merupakan bahan baku biofuel. Biofuel sendiri merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini kembali anjlok ke level terendahnya dalam lebih dari 3 tahun terakhir.
Pelemahan harga CPO terjadi mengekor koreksi harga minyak mentah dunia yang amat signifikan pada perdagangan overnight. Selain itu, membanjirnya pasokan dan lemahnya permintaan juga masih menjadi "hantu" yang menyeret harga CPO ke jurang kehancuran.
Beberapa waktu lalu, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia naik 7,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 2,72 juta ton pada Oktober.
Meski masih lebih rendah dari survei Reuters yang mengestimasikan kenaikan sebesar 14,1% MtM, namun nampaknya stok sebesar itu masih dianggap cukup tinggi oleh pelaku pasar. Secara historis, stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran telah meningkat selama 5 bulan berturut-turut ke level tertingginya sejak Desember 2017.
Stok di Malaysia dan Indonesia (top 2 produsen minyak kelapa sawit di dunia) bahkan masih akan diperkirakan meningkat pada dua bulan terakhir tahun ini. Pasalnya, permintaan dari importir utama diekspektasikan akan menurun di musim dingin.
Lemahnya permintaan ini ditunjukkan dari ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang menurun 10,9% MtM pada periode 1-20 November, mengutip data AmSpec Agri Malaysia,. Senada dengan itu, lembaga surveyor kargo Intertek Testing Services juga melaporkan penurunan ekspor sebesar 3,2% MtM di periode yang sama.
Selain karena faktor fundamental tersebut, harga CPO juga tertekan oleh koreksi tajam harga minyak mentah dunia. Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/11/2018), harga light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) amblas 5,87%, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa anjlok 6,38%.
Hanya dalam waktu 1,5 bulan, harga minyak light sweet kini sudah jatuh lebih dari 30% dari puncak tertingginya dalam 4 tahun terakhir yang dicapai pada awal Oktober lalu.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO yang merupakan bahan baku biofuel. Biofuel sendiri merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular