Sempat Anjlok 1,62%, Kenapa Koreksi IHSG Hanya Tersisa 0,95%?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 November 2018 12:51
Sempat Anjlok 1,62%, Kenapa Koreksi IHSG Hanya Tersisa 0,95%?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 1,05% ke level 5.942,2 pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat ajlok hingga 1,62% ke level 5.908.

Namun pada akhir sesi 1, pelemahan IHSG menipis menjadi hanya 0,95% ke level 5.948,54.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,92 triliun dengan volume sebanyak 5,1 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 237.246 kali.

Sahan-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-3,01%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-2,27%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,18%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-4,94%), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,52%).

Lantas, apa yang membuat IHSG bisa menipiskan kekalahannya dengan begitu signifikan?
IHSG tak melemah sendirian hingga siang hari. Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia juga terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,35%, Indeks Shanghai turun 0,13%, indeks Hang Seng turun 0.16%, dan indeks Kospi turun 0,58%.

Pada hari ini, sentimen bagi bursa saham Benua Kuning memang bisa dikatakan tak kondusif. Pertama, anjloknya Wall Street membawa hawa negatif ke kawasan Asia. Pada dini hari tadi, indeks Dow Jones ditutup anjlok 2,21%, S&P 500 anjlok 1,82%, dan Nasdaq anjlok 1,7%.

Harga saham Apple yang terpangkas 4,78% memotori kejatuhan harga saham emiten-emiten teknologi lainnya seperti Amazon (-1,11%), Netflix (-1,34%), Microsoft (-2,78%), dan Intel (-1,27%).

Saham Apple terus dilepas investor menyusul laporan dari Wall Street Journal yang menyebut perusahaan telah memangkas produksi untuk 3 seri iPhone baru yang diluncurkan pada September lalu, seperti dikutip dari Reuters. Permintaan yang lebih rendah dari ekspektasi merupakan salah satu alasan perusahaan memangkas produksi dari iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR.

Kemudian, perang dagang AS-China yang kian panas juga memicu aksi jual di bursa saham regional. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang baru saja berakhir gagal menghasilkan sebuah komunike untuk kali pertama dalam sejarah.

China menuding AS memaksakan kehendak dan ingin membenarkan praktik proteksionisme untuk masuk dalam salah satu poin komunike APEC. Menurut Beijing, Washington menjadikan APEC sebagai arena untuk melampiaskan amarah. China pun terpaksa masuk ke arena pertandingan tersebut.

"Ada satu negara yang memaksa memasukkan ide mereka ke teks yang harus disepakati pihak-pihak lain, membenarkan proteksionisme dan unilateralisme. Tidak mau menerima masukan dari China dan negara-negara lainnya," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China, seperti dikutip Reuters.

Namun AS membantah tuduhan itu. Gedung Putih menilai China 'memelintir' fakta yang sebenarnya.

"Ada 20 dari 21 negara yang siap menandatangani komunike, hanya China yang tidak bersedia. Kami berusaha menyelesaikan ini, tetapi mereka tidak mau," kata seorang pejabat pemerintah AS kepada Reuters.

Perkembangan teranyar, United States Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (20/11/2018) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.

“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.

Jangan lupakan juga, bursa saham Indonesia diliburkan kemarin seiring dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Padahal, bursa saham Asia juga berguguran kemarin: Indeks Nikkei 225 anjlok 1,09%, indeks Hang Seng amblas 2,02%, indeks Shanghai ambrol 2,13%, indeks Kospi terkoreksi 0,86%, dan Straits Times jatuh 1,24%.

Akibatnya, pelaku pasar baru bisa melakukan price-in atas anjloknya bursa saham Asia kemarin pada hari ini. Walaupun masih melemah hingga siang hari, sejatinya bursa saham utama kawasan Asia juga bisa menipiskan kekalahannya. Pada saat pembukaan perdagangan, indeks Nikkei ambruk 1,37%, Indeks Shanghai turun 0,98%, indeks Hang Seng anjlok 1,33%, dan indeks Kospi terpangkas 1,22%.

Performa dari negara-negara tetangga yang bisa dibilang menggembirakan memotori aksi beli di bursa saham tanah air sehingga pelemahan IHSG menjadi tak dalam-dalam amat.

Walaupun sejumlah sentimen negatif menyelimuti, pelaku pasar mengapresiasi kabar positif terkait relasi antara AS dengan Arab Saudi. Sebelumnya, sumber-sumber dari intelijen AS menyebut hasil penyelidikan CIA menunjukkan bahwa pembunuhan Kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi merupakan perintah dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.

Namun, Trump dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (20/11/2018) mengatakan bahwa AS ingin tetap menjadi “mitra yang solid” dari Arab Saudi, terlepas dari dirinya yang juga mengatakan bahwa Putra Mahkota mungkin sudah tahu mengenai rencana untuk membunuh Khashoggi.

Trump, dalam pernyataannya, mengindikasikan bahwa dia tidak punya intensi untuk menghentikan kontrak militer dengan Riyadh. "Jika kita secara bodoh memutus kontrak (militer) ini, Rusia dan China akan menjadi penerima manfaat yang besar," ujar Trump seperti dilansir dari Reuters.

Pernyataan kontroversial ini kemudian dibela oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Berbicara selepas bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Washington, Pompeo mengatakan bahwa AS berkewajiban untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan yang mengedepankan keamanan nasional.

“Seperti yang dikatakan presiden hari ini, AS akan akan terus memiliki hubungan dengan kerajaan Arab Saudi,” tegas Pompeo, dikutip dari Reuters.

Dengan ‘pengampunan’ yang diberikan oleh Trump kepada Putra Mahkota Arab Saudi, maka salah satu risiko besar yang menghantui pasar keuangan dunia bisa dibilang sirna.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular