
Rupiah Mulai Mampu Pepet Dolar AS, Ini Penyebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2018 10:58

Kembali ke pasar spot, rupiah tidak melemah sendirian di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning terdepresiasi di hadapan dolar AS.
Ringgit Malaysia kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dan peso Filipina.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Jadi, apa yang membuat rupiah mampu menipiskan jarak dengan dolar AS?
Terlihat bahwa arus modal mulai kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih minus 0,67% pada pukul 10:22 WIB. Namun ini jauh lebih baik karena sebelumnya sempat anjlok hingga nyaris 1,5%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) mengalami penurunan di sebagian besar tenor. Koreksi yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah pada pukul 10:25 WIB:
Derasnya arus modal, terutama di pasar obligasi, menjadi penyebab rupiah mulai bisa melawan balik. Sepertinya investor masih melihat obligasi pemerintah sebagai instrumen yang menarik karena menawarkan imbalan tinggi.
Dalam sebulan terakhir, yield obligasi seri acuan tenor 10 tahun memang sudah turun cukup tajam yaitu 63,8 basis poin (bps). Namun dibandingkan posisi 3 bulan lalu, yield masih positif 17,4 bps.
Apalagi kalau dibandingkan posisi awal tahun, masih ada selisih 173,5 bps. Artinya, instrumen ini memang masih sangat menarik karena menawarkan imbalan yang ciamik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Ringgit Malaysia kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dan peso Filipina.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:18 WIB:
Jadi, apa yang membuat rupiah mampu menipiskan jarak dengan dolar AS?
Terlihat bahwa arus modal mulai kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih minus 0,67% pada pukul 10:22 WIB. Namun ini jauh lebih baik karena sebelumnya sempat anjlok hingga nyaris 1,5%.
Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) mengalami penurunan di sebagian besar tenor. Koreksi yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah pada pukul 10:25 WIB:
Derasnya arus modal, terutama di pasar obligasi, menjadi penyebab rupiah mulai bisa melawan balik. Sepertinya investor masih melihat obligasi pemerintah sebagai instrumen yang menarik karena menawarkan imbalan tinggi.
Dalam sebulan terakhir, yield obligasi seri acuan tenor 10 tahun memang sudah turun cukup tajam yaitu 63,8 basis poin (bps). Namun dibandingkan posisi 3 bulan lalu, yield masih positif 17,4 bps.
Apalagi kalau dibandingkan posisi awal tahun, masih ada selisih 173,5 bps. Artinya, instrumen ini memang masih sangat menarik karena menawarkan imbalan yang ciamik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Harga Minyak Dukung Rupiah
Pages
Most Popular