
Selamat, Rupiah Menguat 5 Hari Beruntun!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 November 2018 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menjalani hari yang aneh di perdagangan pasar spot awal pekan ini. Namun patut disyukuri karena pada akhirnya rupiah mampu menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pada Senin (19/11/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.585 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,16% dibandingkan posisi penutupan pasar akhir pekan lalu.
Perjalanan rupiah hari ini membuat sport jantung. Dibuka menguat lumayan tajam yaitu 0,64%, penguatan rupiah terus berkurang. Bahkan rupiah sempat merasakan dinginnya zona merah.
Selepas tengah hari, gerak rupiah labil bukan main. Mata uang Tanah Air bolak-balik menguat dan melemah dalam kisaran terbatas.
Jelang penutupan pasar, rupiah baru mulai stabil di area apresiasi. Akhirnya, rupiah finis dengan penguatan 0,16% di hadapan greenback.
Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Sore ini, mata uang utama Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang menguat adalah rupee India, yen Jepang, ringgit Malaysia, dan peso Fillipina.
Rupee menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam di Asia. Sementara rupiah menjadi yang terkuat kedua. Meski rupiah harus merelakan mahkota raja Asia kepada rupee, tetapi posisi runner-up tidak terlalu buruk.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:23 WIB:
Padahal dolar AS sempat sangar karena tingginya permintaan. Investor cemas dengan perkembangan di Inggris terkait proses pembahasaan Brexit. Apalagi Perdana Menteri Theresa May terancam digulingkan karena semakin banyaknya surat mosi tidak percaya dari partainya sendiri, Partai Konservatif.
Namun kemudian investor mulai lega karena Inggris kemungkinan mendapat kelonggaran untuk keluar dari Uni Eropa. Secara formal, Inggris memang harus keluar dari Uni Eropa pada Maret 2019. Perkembangan terbaru, bisa saja proses transisi berlangsung hingga 2022. Awalnya, masa transisi akan berakhir pada 2020.
"Itu yang menjadi permintaan kami (perpanjangan masa transisi sampai 2022). Murni menjadi kepentingan kami jika memang kami menginginkannya. Mungkin itu tidak dibutuhkan, tetapi ada pilihan ke sana. Namun masuk akan untuk memperpanjang masa transisi," kata Greg Clark, Menteri Bisnis Inggris, dalam wawancara bersama BBC, dikutip dari Reuters.
Investor boleh bernafas lega, karena Inggris punya tambahan waktu untuk berbenah ketika sudah berpisah dengan Uni Eropa. Diharapkan ketika sudah bercerai nanti, Inggris akan lebih stabil karena punya waktu yang cukup untuk bersiap-siap.
Minat investor terhadap aset-aset berisiko kembali meningkat. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah aset-aset berbasis rupiah baik di pasar modal maupun obligasi.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 600,62 miliar. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir semua tenor. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena peningkatan permintaan.
Rupiah kini sudah menguat selama 5 hari beruntun. Selama 5 hari tersebut, penguatan rupiah mencapai 1,52%.
Ini merupakan penguatan streak rupiah terlama sejak September 2017. Kala itu, rupiah menguat pada 4-11 September atau 6 hari perdagangan berturut-turut.
Selamat, rupiah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (19/11/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.585 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,16% dibandingkan posisi penutupan pasar akhir pekan lalu.
Perjalanan rupiah hari ini membuat sport jantung. Dibuka menguat lumayan tajam yaitu 0,64%, penguatan rupiah terus berkurang. Bahkan rupiah sempat merasakan dinginnya zona merah.
Selepas tengah hari, gerak rupiah labil bukan main. Mata uang Tanah Air bolak-balik menguat dan melemah dalam kisaran terbatas.
Jelang penutupan pasar, rupiah baru mulai stabil di area apresiasi. Akhirnya, rupiah finis dengan penguatan 0,16% di hadapan greenback.
Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Sore ini, mata uang utama Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang menguat adalah rupee India, yen Jepang, ringgit Malaysia, dan peso Fillipina.
Rupee menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam di Asia. Sementara rupiah menjadi yang terkuat kedua. Meski rupiah harus merelakan mahkota raja Asia kepada rupee, tetapi posisi runner-up tidak terlalu buruk.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:23 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS yang sempat perkasa malah mengendur. Pada pukul 1:25 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%. Padahal dolar AS sempat sangar karena tingginya permintaan. Investor cemas dengan perkembangan di Inggris terkait proses pembahasaan Brexit. Apalagi Perdana Menteri Theresa May terancam digulingkan karena semakin banyaknya surat mosi tidak percaya dari partainya sendiri, Partai Konservatif.
Namun kemudian investor mulai lega karena Inggris kemungkinan mendapat kelonggaran untuk keluar dari Uni Eropa. Secara formal, Inggris memang harus keluar dari Uni Eropa pada Maret 2019. Perkembangan terbaru, bisa saja proses transisi berlangsung hingga 2022. Awalnya, masa transisi akan berakhir pada 2020.
"Itu yang menjadi permintaan kami (perpanjangan masa transisi sampai 2022). Murni menjadi kepentingan kami jika memang kami menginginkannya. Mungkin itu tidak dibutuhkan, tetapi ada pilihan ke sana. Namun masuk akan untuk memperpanjang masa transisi," kata Greg Clark, Menteri Bisnis Inggris, dalam wawancara bersama BBC, dikutip dari Reuters.
Investor boleh bernafas lega, karena Inggris punya tambahan waktu untuk berbenah ketika sudah berpisah dengan Uni Eropa. Diharapkan ketika sudah bercerai nanti, Inggris akan lebih stabil karena punya waktu yang cukup untuk bersiap-siap.
Minat investor terhadap aset-aset berisiko kembali meningkat. Salah satu tujuan pelaku pasar adalah aset-aset berbasis rupiah baik di pasar modal maupun obligasi.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 600,62 miliar. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir semua tenor. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena peningkatan permintaan.
Rupiah kini sudah menguat selama 5 hari beruntun. Selama 5 hari tersebut, penguatan rupiah mencapai 1,52%.
Ini merupakan penguatan streak rupiah terlama sejak September 2017. Kala itu, rupiah menguat pada 4-11 September atau 6 hari perdagangan berturut-turut.
Selamat, rupiah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular