
BI & Bank Sentral China Perbarui Kerja Sama Swap Rp 438 T
Roy Franedya, CNBC Indonesia
19 November 2018 12:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) dan bank sentral China, People's Bank of China (PBoC), memperbarui perjanjian dan menambah nilai perjanjian bilateral currency swap arrangement (BCSA) antara kedua bank sentral. Ini adalah perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal.
Perjanjian tersebut ditandatangani Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur PBoC Yi Gang, Jumat (16/11/2018).
"Perjanjian tersebut merefleksikan penguatan kerja sama moneter dan keuangan antara BI dan PBoC, sekaligus menunjukkan komitmen kedua bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global," ujar Perry dalam keterangan resmi, Senin.
Dalam perjanjian ini, BI dan PBoC menyepakati pertambahan nilai dari 100 miliar yuan atau setara US$15 miliar (Rp 219 triliun) menjadi 200 miliar yuan atau setara US$30 miliar (Rp 438 triliun) dengan asumsi kurs US$1= Rp 14.600. Perjanjian ini berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan bersama.
Perjanjian ini juga menunjukkan kuatnya kerja sama bidang keuangan antara Indonesia dan China. Gubernur BI meyakini bahwa kerja sama dengan bank sentral lain dapat semakin meningkatkan kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
(roy/prm) Next Article Gubernur Bank Sentral: China Perlu Buka Industri Keuangan
Perjanjian tersebut ditandatangani Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur PBoC Yi Gang, Jumat (16/11/2018).
"Perjanjian tersebut merefleksikan penguatan kerja sama moneter dan keuangan antara BI dan PBoC, sekaligus menunjukkan komitmen kedua bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global," ujar Perry dalam keterangan resmi, Senin.
Perjanjian ini juga menunjukkan kuatnya kerja sama bidang keuangan antara Indonesia dan China. Gubernur BI meyakini bahwa kerja sama dengan bank sentral lain dapat semakin meningkatkan kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
(roy/prm) Next Article Gubernur Bank Sentral: China Perlu Buka Industri Keuangan
Most Popular