
Analisis Teknikal
Siap-siap, IHSG Bakal Menuju Level 6.000
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
16 November 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat pada rentang pergerakan 5.955 hingga 6.025 pada perdagangan hari ini, Jumat (15/11/2018).
Potensi penguatan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen pasar dan analisis secara teknikal. Dimana bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) kembali ke zona positif. Dari Wall Siga indeks utama berhasil bangkit dimana Dow Jones Industrial Average melompat 0,83% ke 25.289,27, S&P 500 melesat naik 1,06% menjadi 2.730,2, dan Nasdaq Composite melonjak 1,72% ke posisi 7.259,03.
Seiring harga minyak yang tertekan dan kejatuhan saham-saham sektor energi, pelaku pasar AS kembali mengoleksi saham di sektor tersebut.
Harga brent anjlok 17,53% sedangkan light sweet amblas 22,74%, dalam sebulan terakhir. Saham Exxon Mobil melesat 1,03% dan Chevron meroket 2,05%. Hasilnya, indeks sektor energi di DJIA menanjak 1,44% dan di S&P 500 melesat 1,65%. Apple juga bangkit setelah 5 hari terjun bebas, harga saham Apple melonjak 2,47%.
Kinerja positif Wall Street berpotensi memberikan angin segar ke Benua Asia termasuk Indonesia. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,83%, S&P 500 menguat 0.91%, dan Nasdaq Composite melejit 1,66%.
Dari dalam negeri, kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan kenaikan 1,66% di level 5.955. Rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) sempat disikapi negatif para pelaku pasar.
Namun, lain halnya dengan rilis data Bank Indonesia (BI) yang direspon positif ketika menaikan suku bunga BI 7 Day RR 25 basis poin menjadi 6%.
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2018 memang mencapai US$15,80 miliar atau meningkat 5,87% dibandingkan bulan September 2018. Terjadi peningkatan 3,59% jika dibandingkan bulan Oktober 2017 .
Sementara untuk Impor, Kepala BPS mengatakan impor Oktober 2018 tumbuh 23,66% (year on year) mencapai US$ 17,62 miliar. Dengan demikian defisit pada neraca dagang Oktober 2018 adalah US$ 1,82 miliar. Lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.
Poling yang kami lakukan terhadap beberapa ekonom, memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 15 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,5% year-on-year (YoY). Kemudian impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10,45%.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Kami melakukan analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut.
Penguatan IHSG kemarin sudah terbaca kala dibuka menguat 0,46% ke level 5.885. IHSG terus bergerak pada zona hijau bahkan penguatannya berlanjut salah satunya didorong investor asing yang net buy Rp 1,37 trilun. Akhirnya IHSG ditutup pada zona hijau dengan membentuk pola lilin putih panjang (long white candle).
Pola tersebut memberikan optimisme bahwa IHSG akan terus menguat menembus level psikologis 6.000. Menurut indikator teknikal, IHSG terlihat bergerak di atas garis rerata harganya selama 5 dan 20 hari (moving average/MA5/MA20), artinya cenderung menguat secara jangka pendek dan menguji penguatan jangka menengah.
Jika dilihat dari pergerakannya selama tiga bulan, IHSG masih bergerak menyamping (sideways) antara level 5.700 hingga 6.000.
Menurut kami, sentimen posisitf dari dalam dan luar negeri dapat membawa sentimen positif bagi IHSG. Sektor konsumer yang kapitalisasinya cukup besar dapat menjadi pendorong kenaikan IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Potensi penguatan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen pasar dan analisis secara teknikal. Dimana bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) kembali ke zona positif. Dari Wall Siga indeks utama berhasil bangkit dimana Dow Jones Industrial Average melompat 0,83% ke 25.289,27, S&P 500 melesat naik 1,06% menjadi 2.730,2, dan Nasdaq Composite melonjak 1,72% ke posisi 7.259,03.
Seiring harga minyak yang tertekan dan kejatuhan saham-saham sektor energi, pelaku pasar AS kembali mengoleksi saham di sektor tersebut.
Kinerja positif Wall Street berpotensi memberikan angin segar ke Benua Asia termasuk Indonesia. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,83%, S&P 500 menguat 0.91%, dan Nasdaq Composite melejit 1,66%.
Dari dalam negeri, kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan kenaikan 1,66% di level 5.955. Rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) sempat disikapi negatif para pelaku pasar.
Namun, lain halnya dengan rilis data Bank Indonesia (BI) yang direspon positif ketika menaikan suku bunga BI 7 Day RR 25 basis poin menjadi 6%.
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2018 memang mencapai US$15,80 miliar atau meningkat 5,87% dibandingkan bulan September 2018. Terjadi peningkatan 3,59% jika dibandingkan bulan Oktober 2017 .
Sementara untuk Impor, Kepala BPS mengatakan impor Oktober 2018 tumbuh 23,66% (year on year) mencapai US$ 17,62 miliar. Dengan demikian defisit pada neraca dagang Oktober 2018 adalah US$ 1,82 miliar. Lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.
Poling yang kami lakukan terhadap beberapa ekonom, memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 15 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,5% year-on-year (YoY). Kemudian impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10,45%.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Kami melakukan analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut.
![]() |
Penguatan IHSG kemarin sudah terbaca kala dibuka menguat 0,46% ke level 5.885. IHSG terus bergerak pada zona hijau bahkan penguatannya berlanjut salah satunya didorong investor asing yang net buy Rp 1,37 trilun. Akhirnya IHSG ditutup pada zona hijau dengan membentuk pola lilin putih panjang (long white candle).
Pola tersebut memberikan optimisme bahwa IHSG akan terus menguat menembus level psikologis 6.000. Menurut indikator teknikal, IHSG terlihat bergerak di atas garis rerata harganya selama 5 dan 20 hari (moving average/MA5/MA20), artinya cenderung menguat secara jangka pendek dan menguji penguatan jangka menengah.
Jika dilihat dari pergerakannya selama tiga bulan, IHSG masih bergerak menyamping (sideways) antara level 5.700 hingga 6.000.
Menurut kami, sentimen posisitf dari dalam dan luar negeri dapat membawa sentimen positif bagi IHSG. Sektor konsumer yang kapitalisasinya cukup besar dapat menjadi pendorong kenaikan IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular