Ini Jurus Baru BI yang Bisa Bikin Betah Investor di Indonesia

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 November 2018 18:26
IndONIA akan menggantikan suku bunga acuan PUAB tenor satu malam yang selama ini mengacu pada Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) secara resmi memperkenalkan suku bunga acuan baru untuk pasar antarbank (PUAB) bertenor satu malam (overnight) atau Indonesia Overnight Index Average (IndONIA).

Diperkenalkan pada 1 Agustus 2018 oleh bank sentral, IndONIA akan menggantikan suku bunga acuan PUAB tenor satu malam yang selama ini mengacu pada Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).

Pada hari ini, Kamis (15/11/2018), bank sentral meluncurkan dua produk turunan IndONIA, yaitu Interest Rate Swap (IRS) dan Overnight Index Swap (OIS). Kedua instrumen itu transaksinya bersifat derivatif dengan acuan suku bunga rupiah.

Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI Yoga Affandi mengemukakan, kebijakan ini diharapkan dapat mendukung pembentukan kurva imbal hasil (yield curve) yang lebih transparan di pasar uang dan pasar utang.

"Ini dapat memperkaya alternatif instrumen lindung nilai terhadap perubahan suku bunga domestik," kata Yoga dalam konferensi pers di gedung BI, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Selain itu, kedua produk turunan tersebut pun akan memperkuat transmisi kebijakan moneter ke sektor riil dan bisa digunakan sebagai perangkat yang bisa melihat ekspektasi pasar terhadap pergerakan suku bunga ke depan.

Menurut Yoga, produk ini bahkan bisa digunakan sebagai instrumen lindung nilai (hedging) yang dapat mendukung pengembangan pasar surat utang. Artinya, para investor tidak perlu lagi mengkhawatirkan jika kurs bergejolak.

"Sehingga investor lebih nyaman karena diberikan kepastian," katanya.
Ini Jurus Baru BI yang Bisa Bikin Betah Investor di IndonesiaFoto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbicara saat briefing media di kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta, Indonesia, 15 November 2018. REUTERS / Willy Kurniawan

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, selama ini memang pasar keuangan domestik kekurangan instrumen derivatif seperti ini. Menurut David, peluncuran kedua produk turunan itu bisa membuat para investor nyaman di Indonesia.

"Karena ini semacam produk asuransi. Investor itu ingin mendapatkan keuntungan bukan dari kenaikan, penurunan, atau gonjang ganjing rupiah dan suku bunga. Mereka ingin mendapatkan profit dari kerja kerasnya. Ini pilihan yang cukup baik," tegas David.




(miq/miq) Next Article Sejak Awal Tahun, Dana Asing Sudah Serbu RI Rp 120 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular