Sempat Memimpin, Rupiah Finis Sebagai Runner-up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2018 16:44
Sempat Memimpin, Rupiah Finis Sebagai Runner-up Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berakhir menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Meski penguatan rupiah menipis, tetapi mata uang Tanah Air berhasil duduk di posisi kedua terbaik Asia. 

Pada Rabu (14/11/2018), US$ 1 berada di Rp 14.785 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Penguatan rupiah hari ini sebenarnya sudah bisa ditebak. Pasalnya, rupiah sudah menguat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pasar spot dibuka. 


Mengawali hari, rupiah menguat tipis 0,03%. Selepas itu, penguatan rupiah semakin tajam dan bahkan sempat menjadi mata uang dengan apresiasi paling tajam di Asia. 


Namun jelang penutupan pasar, penguatan rupiah berkurang. Positifnya, rupiah masih menguat dan tidak pernah menyentuh zona merah. 

Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Walau penguatannya menipis, tetapi performa rupiah di Asia masih cukup mengesankan. Dengan apresiasi 0,14%, rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia. Mata uang dengan penguatan paling tajam terhadap dolar AS adalah India. 


Penguatan rupiah juga menjadi spesial karena mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah dan rupee, hanya yuan China yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 16:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS sejatinya masih tertekan. Pada pukul 16:15 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) memang masih melemah, tetapi semakin menipis yaitu tinggal 0,11%. 

Greenback mulai memperoleh pijakan setelah rilis data yang mengecewakan di Jepang. Pada kuartal III-2018, ekonomi Negeri Matahari Terbit terkontraksi alias minus 1,2% secara year-on-year (YoY). Lebih dalam dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Refinitiv yaitu minus 1%. 

Kontraksi ini disebabkan oleh ekspor yang turun 1,8%, penurunan terdalam dalam lebih dari 3 tahun terakhir. Sementara investasi terkontraksi 0,2%, pertama dalam 2 tahun. 

Kemudian, ada pula kabar menegangkan dari Italia. Pemerintah Negeri Pizza memutuskan untuk mengirim ulang rancangan anggaran 2019 tanpa perubahan. Defisit anggaran tetap di 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Sebelumnya, anggaran ini sudah ditolak oleh Uni Eropa karena terlalu agresif. Setelah dikembalikan, Brussel berharap Roma melakukan revisi dengan lebih mengerem agresivitas fiskal agar utang pemerintah tidak semakin menggunung. 

Uni Eropa memperkirakan utang pemerintah Italia pada akhir 2018 akan menyentuh 131,1% PDB. Angka ini tidak akan banyak berubah sampai 2020. 

Pelaku pasar khawatir Italia bisa kembali terjerumus ke jurang krisis fiskal seperti pada 2009-2010. Risiko di pasar meningkat lagi, sehingga aset-aset aman (safe haven) menjadi buruan. Salah satu tujuannya adalah dolar AS. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun rupiah dan rupee bisa selamat karena harga minyak yang masih melanjutkan tren penurunan. Pada pukul 16:26 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,12% dan light sweet terkoreksi 0,2%. Harga minyak sempat anjlok sampai ke level 7%.

 
Bagi rupiah, koreksi harga minyak adalah berkah karena dapat mengurangi biaya impor migas. Defisit di neraca migas adalah biang kerok tekornya neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). 


Pelaku pasar mengapresiasi perkembangan ini dengan mengoleksi aset-aset berbasis rupiah. Investor asing membukukan beli bersih Rp 530,78 miliar di pasar saham yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,39%.  

Di pasar obligasi, masuknya arus modal terlihat dari penurunan imbal hasil (yield). Untuk tenor 10 tahun, yield turun 7,6 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Arus modal ini efektif untuk menopang rupiah bertahan di zona hijau. Sehingga meski mata uang Asia melemah, rupiah tetap kokoh di jalur penguatan.  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular