
CAD dan Rupiah Bikin Harga Obligasi Meriang
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 November 2018 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada sesi awal perdagangan hari ini. Koreksi dipengaruhi sentimen melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) dan pelemahan rupiah.
Turunnya harga surat berharga negara (SBN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0075 yang bertenor 20 tahun, dengan penurunan yield 11 basis poin (bps) menjadi 8,54%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga melemah yaitu 10 tahun dan 15 tahun, dengan penurunan yield 7 bps dan 2 bps menjadi 8,13% dan 8,41%. Seri 5 tahun masih stagnan hingga siang ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Nov 2018
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini masih dipengaruhi sentimen negatif data neraca pembayaran kuartal III-2018 yang masih memburuk, di mana defisit neraca berjalan (CAD) melebar menjadi 3,37%.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 494 bps, melebar dari posisi kemarin 487 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,18% dari posisi kemarin 3,2%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 878,7 triliun SBN, atau 37,09% dari total beredar Rp 2.369 triiliun berdasarkan data per 8 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 14,3 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,82% menjadi 5.826 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,41%% menjadi Rp 14.741 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,18% menjadi 97,075.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga dan turunnya yield masih dialami pasar obligasi Brasil, China, Filipina, dan Singapura sedangkan penguatan dialami India, Malaysia, dan Rusia.
Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
Sumber: Refinitif
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Turunnya harga surat berharga negara (SBN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0075 yang bertenor 20 tahun, dengan penurunan yield 11 basis poin (bps) menjadi 8,54%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga melemah yaitu 10 tahun dan 15 tahun, dengan penurunan yield 7 bps dan 2 bps menjadi 8,13% dan 8,41%. Seri 5 tahun masih stagnan hingga siang ini.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Nov 2018
Seri | Benchmark | Yield 9 Nov 2018 (%) | Yield 12 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.985 | 7.985 | 0.00 |
FR0064 | 10 tahun | 8.061 | 8.134 | 7.30 |
FR0065 | 15 tahun | 8.386 | 8.415 | 2.90 |
FR0075 | 20 tahun | 8.432 | 8.548 | 11.60 |
Avg movement | 5.45 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini masih dipengaruhi sentimen negatif data neraca pembayaran kuartal III-2018 yang masih memburuk, di mana defisit neraca berjalan (CAD) melebar menjadi 3,37%.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 494 bps, melebar dari posisi kemarin 487 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,18% dari posisi kemarin 3,2%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 878,7 triliun SBN, atau 37,09% dari total beredar Rp 2.369 triiliun berdasarkan data per 8 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 14,3 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,82% menjadi 5.826 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,41%% menjadi Rp 14.741 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,18% menjadi 97,075.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga dan turunnya yield masih dialami pasar obligasi Brasil, China, Filipina, dan Singapura sedangkan penguatan dialami India, Malaysia, dan Rusia.
Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
Negara | Yield 8 Nov 2018 (%) | Yield 9 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.5 | 10.4 | -10.00 |
China | 3.5 | 3.498 | -0.20 |
India | 7.796 | 7.804 | 0.80 |
Italia | 3.401 | 3.398 | -0.30 |
Jepang | 0.126 | 0.119 | -0.70 |
Malaysia | 4.111 | 4.118 | 0.70 |
Filipina | 7.609 | 7.508 | -10.10 |
Rusia | 8.82 | 8.94 | 12.00 |
Singapura | 2.528 | 2.497 | -3.10 |
Turki | 16.81 | 16.62 | -19.00 |
Amerika Serikat | 3.226 | 3.186 | -4.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular