
Tarik Napas Panjang, Rilis CAD Besok Bisa Bikin Sport Jantung
Herdaru Purnomo & Iswari Anggit & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 November 2018 14:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal III-2018 diproyeksikan kembali tekor. CAD bisa berpotensi jadi yang terburuk sejak empat tahun lalu.
Bank Indonesia (BI) akan merilis data tersebut pada Jumat (9/11/2018) besok.
Melihat proyeksi beberapa analis dan diestimasi kembali oleh CNBC Indonesia dengan melihat rentang beserta rata-rata dari proyeksi maka CAD pada kuartal III-2018 bakal berada di 3,3%-3,4% dari PDB.
Adapun estimasi defisit neraca transaksi berjalan bisa mencapai US$ 8,5-9 miliar dolar. Empat tahun lalu atau tepatnya Juni 2014 CAD mencapai 9,11 miliar atau 4,3% dari PDB.
Ada beberapa pertimbangan dari keluarnya angka estimasi tersebut.
Pertama, ekspor sudah tumbuh cukup baik dibandingkan kuartal II-2018, namun impor justru lebih kencang di kuartal III-2018. Sehingga kenaikan ekspor tak bisa membuat neraca perdagangan surplus.
Kedua, jika ditambah komponen transaksi berjalan lainnya yakni neraca jasa dan pendapatan primer di kuartal III ini, terjadi pelebaran defisit. Komponen yang masuk dalam neraca jasa dan pendapatan primer misalnya biaya pengiriman (freight). Untuk menghitung indikator ini, sulit mencari sumber angka yang valid. Namun, kita dapat menggunakan data dari pertumbuhan ekspor dan impor.
Ketika dua variabel tersebut tumbuh tinggi, tentu berimbas kepada biaya pengiriman. Per September, ekspor tumbuh 1,7% Year-on-Year (YoY) dan impor sebesar 14,18% (YoY). Sementara selama periode Juli-September 2018, rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar mencapai 8,39% YoY dan impor sebesar 25,32% (YoY).
Sementara dari sisi pendapatan primer, indikator yang bisa digunakan salah satunya yaitu bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Data dari Bank Indonesia per Juli 2018, jumlah utang dibayar pemerintah mencapai US$ 778 juta atau tertinggi pada 2018.
Gambaran data ini memperlihatkan ancaman defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018. Terlebih dari sisi neraca perdagangan barang saja kita sudah defisit hingga US$ 2,75 miliar.
Bank Indonesia (BI) akan merilis data tersebut pada Jumat (9/11/2018) besok.
Melihat proyeksi beberapa analis dan diestimasi kembali oleh CNBC Indonesia dengan melihat rentang beserta rata-rata dari proyeksi maka CAD pada kuartal III-2018 bakal berada di 3,3%-3,4% dari PDB.
Ada beberapa pertimbangan dari keluarnya angka estimasi tersebut.
Pertama, ekspor sudah tumbuh cukup baik dibandingkan kuartal II-2018, namun impor justru lebih kencang di kuartal III-2018. Sehingga kenaikan ekspor tak bisa membuat neraca perdagangan surplus.
Kedua, jika ditambah komponen transaksi berjalan lainnya yakni neraca jasa dan pendapatan primer di kuartal III ini, terjadi pelebaran defisit. Komponen yang masuk dalam neraca jasa dan pendapatan primer misalnya biaya pengiriman (freight). Untuk menghitung indikator ini, sulit mencari sumber angka yang valid. Namun, kita dapat menggunakan data dari pertumbuhan ekspor dan impor.
Ketika dua variabel tersebut tumbuh tinggi, tentu berimbas kepada biaya pengiriman. Per September, ekspor tumbuh 1,7% Year-on-Year (YoY) dan impor sebesar 14,18% (YoY). Sementara selama periode Juli-September 2018, rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar mencapai 8,39% YoY dan impor sebesar 25,32% (YoY).
Sementara dari sisi pendapatan primer, indikator yang bisa digunakan salah satunya yaitu bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Data dari Bank Indonesia per Juli 2018, jumlah utang dibayar pemerintah mencapai US$ 778 juta atau tertinggi pada 2018.
Gambaran data ini memperlihatkan ancaman defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018. Terlebih dari sisi neraca perdagangan barang saja kita sudah defisit hingga US$ 2,75 miliar.
NEXT
Next Page
Proyeksi Analis
Pages
Most Popular