Tarik Napas Panjang, Rilis CAD Besok Bisa Bikin Sport Jantung

Herdaru Purnomo & Iswari Anggit & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 November 2018 14:22
Tarik Napas Panjang, Rilis CAD Besok Bisa Bikin Sport Jantung
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal III-2018 diproyeksikan kembali tekor. CAD bisa berpotensi jadi yang terburuk sejak empat tahun lalu.

Bank Indonesia (BI) akan merilis data tersebut pada Jumat (9/11/2018) besok.

Melihat proyeksi beberapa analis dan diestimasi kembali oleh CNBC Indonesia dengan melihat rentang beserta rata-rata dari proyeksi maka CAD pada kuartal III-2018 bakal berada di 3,3%-3,4% dari PDB.

Adapun estimasi defisit neraca transaksi berjalan bisa mencapai US$ 8,5-9 miliar dolar. Empat tahun lalu atau tepatnya Juni 2014 CAD mencapai 9,11 miliar atau 4,3% dari PDB.

Ada beberapa pertimbangan dari keluarnya angka estimasi tersebut.

Pertama, ekspor sudah tumbuh cukup baik dibandingkan kuartal II-2018, namun impor justru lebih kencang di kuartal III-2018. Sehingga kenaikan ekspor tak bisa membuat neraca perdagangan surplus.

Kedua, jika ditambah komponen transaksi berjalan lainnya yakni neraca jasa dan pendapatan primer di kuartal III ini, terjadi pelebaran defisit. Komponen yang masuk dalam neraca jasa dan pendapatan primer misalnya biaya pengiriman (freight). Untuk menghitung indikator ini, sulit mencari sumber angka yang valid. Namun, kita dapat menggunakan data dari pertumbuhan ekspor dan impor.

Ketika dua variabel tersebut tumbuh tinggi, tentu berimbas kepada biaya pengiriman. Per September, ekspor tumbuh 1,7% Year-on-Year (YoY) dan impor sebesar 14,18% (YoY). Sementara selama periode Juli-September 2018, rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar mencapai 8,39% YoY dan impor sebesar 25,32% (YoY).

Sementara dari sisi pendapatan primer, indikator yang bisa digunakan salah satunya yaitu bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Data dari Bank Indonesia per Juli 2018, jumlah utang dibayar pemerintah mencapai US$ 778 juta atau tertinggi pada 2018.

Gambaran data ini memperlihatkan ancaman defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018. Terlebih dari sisi neraca perdagangan barang saja kita sudah defisit hingga US$ 2,75 miliar.

NEXT





Kalangan analis saat berbincang dengan CNBC Indonesia memperkirakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di rentang 3,3% - 3,5% dari PDB.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengemukakan defisit ndari neraca migas masih menjadi beban yang membuat defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 melebar cukup dalam.

"Defisit neraca migas cenderung besar. Ditambah dengan defisit dari pendapatan bunga karena ada pembayaran bunga utang," kata Josua kepada CNBC Indonesia.

Josua memperkirakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berada di rentang 3,3% - 3,5% dari PDB. Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual pun memiliki proyeksi yang sama.

"Perkiraan masih 3,3% dari PDB. Tapi kalau dilihat di kuartal IV-2018, cenderung akan turun," kata David.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 bisa berada di 3,3% dari PDB. CAD, sedikit terbantu dari arus modal asing yang masuk.

Satria menyebut, data defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 sudah di price-in oleh pasar. Maka dari itu, dampaknya tidak akan terlalu besar terutama terhadap pergerakan nilai tukar.

"Sentimennya sudah di price in," jelas Satria.

"Forecast-nya US$ 8,7 miliar atau 3,3% dari PDB," imbuh Satria.







Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular