Rupiah Menguat 1% (Lagi), Seng Ada Lawan di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 November 2018 12:13
Rupiah Menguat 1% (Lagi), Seng Ada Lawan di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat tajam. Persaingan Partai Republik dan Partai Demokrat yang ternyata ketat membuat investor kembali merasakan hawa ketidakpastian sehingga dolar AS mundur teratur. 

Pada Rabu (7/11/2018) pukul 12:01 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 14.650. Rupiah menguat lumayan tajam yaitu 1,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Setelah itu penguatan rupiah semakin tajam. 


Ada momentum di mana pelemahan rupiah berkurang drastis hingga tersisa 0,07%. Namun ternyata itu hanya temporer dan rupiah kembali gas pol.

 
Dengan penguatan 1,01%, rupiah masih menjadi mata uang berkinerja terbaik di Asia. Rupiah masih enggan lengser dari takhta raja Benua Kuning yang diperoleh sejak kemarin. Saat ini, rupiah tidak punya lawan di Asia.


Mata uang Asia kembali mampu menekan dolar AS, yang sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Kini dolar AS hanya menguat terhadap yuan China dan dolar Hong Kong. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 11:44 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS kembali balik kanan setelah sempat bangkit. Pada pukul 11:48 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,39%. Padahal indeks ini sempat menipiskan pelemahannya hingga tinggal 0,05%. 

Investor masih grogi melihat hasil sementara pemilihan sela di Negeri Paman Sam. Hasil di Senat memang tidak ada kejutan di mana dominasi Partai Republik belum terpatahkan.  

Dari 100 kursi yang diperebutkan, sudah 94 yang terkonfirmasi pada pukul 12:05 WIB. Partai Republik memperoleh 51 kursi (50%) sementara Partai Demokrat mendapatkan 42 kursi (42%). Tidak ada kejutan. 

Namun di House of Representative, pertarungan masih berlangsung sengit. Bahkan Partai Demokrat berhasil membalikkan kedudukan.

Ada 435 kursi yang diperebutkan, dan sudah terkonfirmasi 339, hasilnya masih menegangkan. Partai Republik merengkuh 166 kursi (32,8%) dan Partai Demokrat memenangkan 173 kursi (39,8%).

Ketatnya persaingan perebutan dominasi di House membuat investor kembali memilih posisi wait and see. Investor sempat yakin bahwa Partai Republik akan kembali menguasai House, sehingga memunculkan status quo di perpolitikan Negeri Adidaya.  


Namun sekarang semua berubah, Partai Demokrat bisa menjadi penguasa di House sehingga tercipta kondisi gridlock (Partai Republik dan Partai Demokrat sama kuat) di parlemen AS. Dikhawatirkan akan ada perubahan arah kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump, karena Partai Demokrat sebagai oposisi sudah memiliki kekuatan. 

Ketidakpastian politik di AS membuat investor melepas greenback dan memilih 'terbang' ke berbagai penjuru. Asia menjadi salah satu tujuannya, termasuk Indonesia. 

Di dalam negeri, investor sepertinya berpersepsi cadangan devisa Oktober 2018 akan membaik. Ini merupakan kabar gembira karena cadangan devisa terus turun sejak Februari.  

Artinya, tekanan terhadap rupiah sepertinya mulai berkurang sehingga Bank Indonesia (BI) tidak perlu lagi menggunakan cadangan devisa secara agresif. Rupiah yang mulai stabil memberi kepercayaan diri bagi investor untuk mengoleksi mata uang ini.   

Data cadangan devisa akan diumumkan hari ini, kemungkinan besar setelah pasar ditutup. Namun investor sudah memperkirakan ada kabar gembira. Semoga kabar ini menjadi kenyataan sehingga rupiah semakin perkasa.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular