
Ini Penyebab Rupiah Menguat Hampir 1% dan Jadi Juara Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2018 12:30

Dari dalam negeri, sepertinya faktor penopang penguatan rupiah adalah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2010 tumbuh 5,17%.
Memang melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,14%.
Ada kemungkinan pelaku pasar memberikan apresiasi karena ekonomi Indonesia mampu tumbuh meski banyak tantangan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%.
Padahal Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan 150 basis poin sejak Mei. Kenaikan suku bunga acuan membuat biaya ekspansi meningkat, tetapi nyatanya investasi masih mampu tumbuh.
Konsumsi rumah tangga, meski agak melambat, juga masih tumbuh di kisaran 5%. Artinya kenaikan suku bunga acuan juga tidak (atau belum?) mempengaruhi konsumsi masyarakat.
Selain itu, rupiah juga diuntungkan karena penurunan harga minyak. Hingga pukul 12:11 WIB, harga minyak jenis brent masih turun 0,42% dan light sweet berkurang 0,24%.
Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena penurunan harga minyak akan menurunkan biaya impor migas. Neraca migas yang defisit sangat dalam menjadi penyebab defisit yang terjadi di transaksi berjalan (current account) sehingga pasokan valas menjadi terbatas dan rupiah sulit menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Memang melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,14%.
Ada kemungkinan pelaku pasar memberikan apresiasi karena ekonomi Indonesia mampu tumbuh meski banyak tantangan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%.
Konsumsi rumah tangga, meski agak melambat, juga masih tumbuh di kisaran 5%. Artinya kenaikan suku bunga acuan juga tidak (atau belum?) mempengaruhi konsumsi masyarakat.
Selain itu, rupiah juga diuntungkan karena penurunan harga minyak. Hingga pukul 12:11 WIB, harga minyak jenis brent masih turun 0,42% dan light sweet berkurang 0,24%.
Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena penurunan harga minyak akan menurunkan biaya impor migas. Neraca migas yang defisit sangat dalam menjadi penyebab defisit yang terjadi di transaksi berjalan (current account) sehingga pasokan valas menjadi terbatas dan rupiah sulit menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Asia Berbunga-bunga, Rupiah Digdaya
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular