Ini Penyebab Rupiah Menguat Hampir 1% dan Jadi Juara Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2018 12:30
Ini Penyebab Rupiah Menguat Hampir 1% dan Jadi Juara Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian perkasa. Situasi yang kondusif di Asia turut menyumbang sentimen positif bagi mata uang Tanah Air.

Pada Selasa (6/11/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dibanderol Rp 14.840. Rupiah menguat 0,9% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.

Mengawali hari, rupiah sudah menguat 0,17%. Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah semakin ugal-ugalan bahkan nyaris menyentuh 1%.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sampai tengah hari ini:



Sementara mata uang utama Asia masih cenderung melemah di hadapan greenback. Pelemahan terdalam dialami oleh won Korea Selatan, disusul ringgit Malaysia dan baht Thailand.

Hanya segelintir mata uang Benua Kuning yang menguat. Selain rupiah, mata uang lain yang bertengger di jalur hijau adalah yuan China, rupee India, dan peso Filipina. Namun dengan penguatan hampir 1%, rupiah tentu menjadi juara Asia.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 12:06 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari dalam negeri, sepertinya faktor penopang penguatan rupiah adalah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2010 tumbuh 5,17%. 

Memang melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,14%. 

Ada kemungkinan pelaku pasar memberikan apresiasi karena ekonomi Indonesia mampu tumbuh meski banyak tantangan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%.  

Padahal Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan 150 basis poin sejak Mei. Kenaikan suku bunga acuan membuat biaya ekspansi meningkat, tetapi nyatanya investasi masih mampu tumbuh. 

Konsumsi rumah tangga, meski agak melambat, juga masih tumbuh di kisaran 5%. Artinya kenaikan suku bunga acuan juga tidak (atau belum?) mempengaruhi konsumsi masyarakat. 

Selain itu, rupiah juga diuntungkan karena penurunan harga minyak. Hingga pukul 12:11 WIB, harga minyak jenis brent masih turun 0,42% dan light sweet berkurang 0,24%. 

Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena penurunan harga minyak akan menurunkan biaya impor migas. Neraca migas yang defisit sangat dalam menjadi penyebab defisit yang terjadi di transaksi berjalan (current account) sehingga pasokan valas menjadi terbatas dan rupiah sulit menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Situasi di Asia juga sedang kondusif. Pertama, hubungan AS-China yang terus membaik.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk bertemu di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) akhir bulan ini. Diharapkan pembicaraan ini bisa melahirkan solusi untuk mengakhiri perang dagang Washington-Beijing. 

Tidak hanya di bidang perdagangan, kerja sama AS-China juga berlanjut di bidang pertahanan. Bulan lalu sedianya AS dan China akan bertemu untuk membahas isu-isu perdagangan, tetapi batal karena salah satunya akibat tensi perang dagang yang meninggi. 

Sekarang dengan meredanya ketegangan dagang, pembicaraan pertahanan pun siap dimulai kembali. Kementerian Pertahanan AS dalam keterangan tertulisnya menyatakan pertemuan ini akan dihadiri oleh Mike Pompeo (Menteri Luar Negeri AS), Jim Mattis (Menteri Pertahanan AS), Yang Jiechi (Anggota Politbiro Partai Komunis China), dan Wei Fenghe (Menteri Pertahanan China). 

Kedua, Pompeo juga dijadwalkan akan bertemu dengan pejabat Korea Utara di New York pada Kamis waktu setempat. Menurut keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri AS, Pompeo akan melakukan pembicaraan dengan Kim Yong Chol, Penasihat Senior Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. 

"Pertemuan ini akan membahas perkembangan pelaksanaan hasil pertemuan kedua pemimpin negara di Singapura beberapa waktu lalu. Termasuk mencapai denuklirisasi secara final," sebut pernyataan itu. 

Aura damai di China dan Semenanjung Korea ini membuat pelaku pasar berbunga-bunga dan semakin berani mengambil risiko. Ditambah dengan sentimen positif di dalam negeri, rupiah pun kian tak tertandingi.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular