
Lelang dan Jenuh Beli Hentikan Reli Harga Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 November 2018 10:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis pada awal perdagangan hari ini menjelang lelang rutin yang akan digelar pada tengah hari. Koreksi tersebut mengakhiri reli harga lima hari terakhir.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0075 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2 basis poin (bps) menjadi 8,76%. Seri acuan lain juga serempak turun yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan 0,3 bps, 1 bps, dan 0,1 bps.
Sumber: Refinitiv
Pelemahan diprediksi analis disebabkan jenuhnya aksi beli yang sudah terjadi beruntun sejak sepekan lalu serta bertepatan dengan adanya lelang rutin siang ini.
"Pelemahan ini sebetulnya adalah sebagai syarat selain karena titik jenuh, apabila pasar obligasi masih memiliki kans untuk menguat, maka pelemahan ini sebagai batu loncatan berikutnya," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini.
Menjelang lelang, biasanya pelaku pasar akan menekan harga demi menekan posisi tawar pemerintah sehingga dapat meraih yield yang tinggi dalam lelang.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 514 bps, melebar dari posisi kemarin 510 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun tipis hingga 3,2% dari 3,204%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,98 triliun SBN, atau 36,91% dari total beredar Rp 2.3448 triiliun per 1 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 660 miliar dibanding posisi Oktober Rp 864,32 triliun, tetapi persentasenya masih turun tipis dari 36,93% pada periode yang sama karena bertambahnya jumlah SBN beredar.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru naik 0,6% menjadi 5.955 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat signifikan 0,83% menjadi Rp 15.850 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan nilai mata uang dolar AS yang masih menguat di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,07% menjadi 96,346.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0075 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2 basis poin (bps) menjadi 8,76%. Seri acuan lain juga serempak turun yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan 0,3 bps, 1 bps, dan 0,1 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Nov 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 5 Nov 2018 (%) | Yield 6 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.156 | 8.159 | 0.30 |
FR0064 | 10 tahun | 8.335 | 8.348 | 1.30 |
FR0065 | 15 tahun | 8.639 | 8.64 | 0.10 |
FR0075 | 20 tahun | 8.741 | 8.767 | 2.60 |
Avg movement | 1.08 |
Pelemahan diprediksi analis disebabkan jenuhnya aksi beli yang sudah terjadi beruntun sejak sepekan lalu serta bertepatan dengan adanya lelang rutin siang ini.
"Pelemahan ini sebetulnya adalah sebagai syarat selain karena titik jenuh, apabila pasar obligasi masih memiliki kans untuk menguat, maka pelemahan ini sebagai batu loncatan berikutnya," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini.
Menjelang lelang, biasanya pelaku pasar akan menekan harga demi menekan posisi tawar pemerintah sehingga dapat meraih yield yang tinggi dalam lelang.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,98 triliun SBN, atau 36,91% dari total beredar Rp 2.3448 triiliun per 1 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 660 miliar dibanding posisi Oktober Rp 864,32 triliun, tetapi persentasenya masih turun tipis dari 36,93% pada periode yang sama karena bertambahnya jumlah SBN beredar.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru naik 0,6% menjadi 5.955 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat signifikan 0,83% menjadi Rp 15.850 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan nilai mata uang dolar AS yang masih menguat di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,07% menjadi 96,346.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular