Perang Dagang Mereda, Pasar Obligasi Berbunga-bunga

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 November 2018 19:13
Harga obligasi rupiah pemerintah melonjak signifikan seiring dengan iklim inevstasi pasar keuangan domestik dan regional yang kondusif.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah melonjak signifikan pada penghujung pekan ini, seiring dengan iklim investasi pasar keuangan domestik dan regional yang kondusif. 

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah seri panjang FR0075 yang bertenor 20 tahun. Seri itu mengalami penurunan yield 16 basis poin (bps) menjadi 8,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga naik serempak, yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield 9 bps, 13 bps, dan 11 bps menjadi 8,22%, 8,38% dan 8,67%. 

Sentimen positif yang sudah menyebar dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh drama perang dagang Amerika Serikat (AS) yang sedang mereda. 

Rerata pergerakan hari ini sebesar 12,5 bps merupakan yang terbesar sejak 19 September.

Yield Obligasi Negara Acuan 2 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 1 Nov 2018 (%) Yield 2 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.3128.222-9.00
FR0064 10 tahun8.5228.388-13.40
FR0065 15 tahun8.7938.677-11.60
FR0075 20 tahun8.9678.807-16.00
Avg movement-12.50
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 1,65 poin (0,73%) menjadi 228,38 dari posisi kemarin 226,73. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, menyempit dari posisi kemarin 537 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi dalam jumlah tipis hingga menjadi 3,16%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,32 triliun SBN, atau 36,93% dari total beredar Rp 2.340 triliun per akhir Oktober.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 13,47 triliun terhadap Rp 850,85 triliun di akhir September, dan membuat persentasenya naik dari 36,89% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,21% menjadi 5.906 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 1,16% menjadi Rp 14.960 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang turun 0,25% menjadi 96,038.  


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular