
Harga CPO Anjlok ke Level Terendah Dalam 3 Tahun
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 November 2018 14:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi 1,31% ke level MYR 2.116/ton pada perdagangan hari ini Jumat (2/11/2018) hingga pukul 14.05 WIB.
Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini lantas sudah melemah selama 4 hari berturut-turut, dan terjerumus ke level terendahnya dalam 3 tahun terakhir, atau sejak September 2015.
Pelemahan harga kedelai di Amerika Serikat (AS), serta lemahnya ekspor Malaysia, menjadi pemberat bagi harga CPO.
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia cenderung loyo di bulan lalu. Setelah naik 47,2% secara bulanan (month-to-month/MtM) di September, pada bulan Oktober pengiriman malah turun 12,9% MtM mengutip data survei Societe Generale de Surveillance (SGS).
AmSpec Agri Malaysia dan Intertek Testing Services juga melaporkan penurunan ekspor CPO Negeri Jiran masing-masing sebesar 12,4% dan 14,1% MtM secara bulanan.
Perlambatan ekspor di tengah produksi yang terus tumbuh, tentunya menjadi sentimen bahwa stok minyak kelapa sawit di Kuala Lumpur masih akan melambung.
Pada bulan September, stok minyak kelapa sawit di Malaysia sudah meningkat 1,5% MtM ke angka 2,54 juta ton, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Level itu merupakan yang tertinggi dalam 8 bulan terakhir. Potensi meningkatnya stok lebih jauh akhirnya menyeret harga CPO ke zona merah.
Selain itu, harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) tercatat turun 0,1% pada perdagangan hari ini hingga pukul 14.00. Harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini mengalami koreksi teknikal setelah kemarin melambung 1% lebih menyusul prospek perdamaian dagang AS-China.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini lantas sudah melemah selama 4 hari berturut-turut, dan terjerumus ke level terendahnya dalam 3 tahun terakhir, atau sejak September 2015.
Pelemahan harga kedelai di Amerika Serikat (AS), serta lemahnya ekspor Malaysia, menjadi pemberat bagi harga CPO.
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia cenderung loyo di bulan lalu. Setelah naik 47,2% secara bulanan (month-to-month/MtM) di September, pada bulan Oktober pengiriman malah turun 12,9% MtM mengutip data survei Societe Generale de Surveillance (SGS).
AmSpec Agri Malaysia dan Intertek Testing Services juga melaporkan penurunan ekspor CPO Negeri Jiran masing-masing sebesar 12,4% dan 14,1% MtM secara bulanan.
Perlambatan ekspor di tengah produksi yang terus tumbuh, tentunya menjadi sentimen bahwa stok minyak kelapa sawit di Kuala Lumpur masih akan melambung.
Pada bulan September, stok minyak kelapa sawit di Malaysia sudah meningkat 1,5% MtM ke angka 2,54 juta ton, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Level itu merupakan yang tertinggi dalam 8 bulan terakhir. Potensi meningkatnya stok lebih jauh akhirnya menyeret harga CPO ke zona merah.
Selain itu, harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) tercatat turun 0,1% pada perdagangan hari ini hingga pukul 14.00. Harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini mengalami koreksi teknikal setelah kemarin melambung 1% lebih menyusul prospek perdamaian dagang AS-China.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular