
Harga Batu Bara Seksi, Pengusaha Ekspansi ke China via Online
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
01 November 2018 10:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Meski Tiongkok telah perlahan mengurangi penggunaan batu bara, hal itu tidak menyurutkan ide pengusaha batu bara Indonesia untuk menjual hasil produksi mereka ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Salah satu metode yang tengah dikaji yakni melalui platform digital. Jadi, layaknya berbelanja barang konsumen melalui e-commerce. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, tidak ada salahnya memanfaatkan pasar digital, apalagi era perdagangan saat ini mengarah ke sana.
Untuk itu, pihaknya tengah melakukan kajian untuk bekerja sama dengan Jumore, sebuah platform e-commerce business to business asal Tiongkok, yang berkomitmen untuk membantu ekspor Indonesia ke Tiongkok dan negara lain.
"Ini tentu hal yang baru bagi industri batu bara, dan kami sambut baik. Kami akan undang anggota untuk melihat, bisa tidak kalau kami gunakan platform online ini untuk meningkatkan penetrasi ke pasar Tiongkok dan pasar-pasar global lain," ujar Hendra kepada media ketika ditemui di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Secara sepintas, Hendra menilai dengan masuknya batu bara dalam platform digital, tentu akan menghemat biaya pemasaran, dan menambah alternatif pasar baru. Apalagi, mengingat, untuk menembus pasar Tiongkok memang tidak mudah, dan saat ini, menurut Hendra ekspor batu bara ke Tiongkok mengambil porsi 25% dari ekspor nasional.
"Pembelinya kan jadi bukan yang itu-itu saja, jadi bisa berkompetisi juga. Apalagi Tiongkok kan harga batu baranya dipengaruhi pasar di sana, sehingga kalau bisa dapat alternatif pembeli kan bagus," terang Hendra.
Adapun, Direktur Pelaksana Jumore E-Commerce Co Ltd JC Liu menuturkan, produk unggulan Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit ramai peminat pada situs www.jumoreglobal.com. Selain itu, produk pertanian Indonesia juga menunjukkan permintaan yang besar.
Kendati demikian, memang masih ada yang menjadi pertimbangan dari pengusaha, misalnya terkait jaminan keamanan pembelian, sebelumnya dengan cara konvensional, pengusaha sudah kenal siapa saja pembelinya, sedangkan melalui daring tidak seperti itu. Selain itu juga mengenai inspeksi kualitas produk, dan barang yang diterima akhirnya seperti apa.
Untuk itu, nantinya, tutur Liu, salah satu fasilitas yang ditawarkan Jumore yakni memberikan jaminan transaksi dengan pelanggannya. Sehingga, pelanggan tidak perlu khawatir ketika melakukan pembelian melalui Jumore.
Target DMO sulit terpenuhi
Di sisi lain, APBI menilai target realisasi pemenuhan domestic market obligation (DMO) sampai akhir tahun akan tidak mencapai 25%. Mentoknya, paling hanya 20% saja.
"Realisasi sampai saat ini mayoritas belum 25%, akhir tahun mungkin hanya 20%," tutur Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir kepada media saat dijumpai di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Sebelumnya, Pandu pun pernah menuturkan, tidak semua produsen batu bara mampu memproduksi spesifikasi yang sesuai dengan aturan DMO tersebut.
"Dari 200 perusahaan batu bara, hanya 10-12 perusahaan saja yang bisa penuhi aturan DMO. Kenapa? Karena tidak semua batu bara yang dihasilkan kalorinya (gar) diterima oleh PLN," ujar Pandu.
Adapun, Kementerian ESDM mencatat, realisasi serapan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) hingga September 2018 sudah sebesar 84,9 juta ton dari target 25% produksi nasional yang dipatok 485 juta ton.
Ditemui pada kesempatan berbeda, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, realisasi serapan DMO tersebut mayoritas oleh PT PLN (Persero).
"Hingga September realisasi serapan PLN 66,9 juta ton. Serapan industri lain 18 juta ton. Industri lainnya yang menyerap seperti industri pupuk, semen, kertas dan briket," kata Agung kepada media ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (31/10/2018)
Menurut Agung, pemenuhan kewajiban DMO ini banyak didominasi oleh pelaku usaha tambang yang merupakan pemegang Perusahaan Karya Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Dia menuturkan, salah satu PKP2B yang sudah melakukan pemenuhan kuota DMO adalah PT Kideco Jaya Agung.
(gus) Next Article Harga Batu Bara Acuan Turun, Pengusaha Gembira, Tapi..
Salah satu metode yang tengah dikaji yakni melalui platform digital. Jadi, layaknya berbelanja barang konsumen melalui e-commerce. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, tidak ada salahnya memanfaatkan pasar digital, apalagi era perdagangan saat ini mengarah ke sana.
Secara sepintas, Hendra menilai dengan masuknya batu bara dalam platform digital, tentu akan menghemat biaya pemasaran, dan menambah alternatif pasar baru. Apalagi, mengingat, untuk menembus pasar Tiongkok memang tidak mudah, dan saat ini, menurut Hendra ekspor batu bara ke Tiongkok mengambil porsi 25% dari ekspor nasional.
"Pembelinya kan jadi bukan yang itu-itu saja, jadi bisa berkompetisi juga. Apalagi Tiongkok kan harga batu baranya dipengaruhi pasar di sana, sehingga kalau bisa dapat alternatif pembeli kan bagus," terang Hendra.
Adapun, Direktur Pelaksana Jumore E-Commerce Co Ltd JC Liu menuturkan, produk unggulan Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit ramai peminat pada situs www.jumoreglobal.com. Selain itu, produk pertanian Indonesia juga menunjukkan permintaan yang besar.
Kendati demikian, memang masih ada yang menjadi pertimbangan dari pengusaha, misalnya terkait jaminan keamanan pembelian, sebelumnya dengan cara konvensional, pengusaha sudah kenal siapa saja pembelinya, sedangkan melalui daring tidak seperti itu. Selain itu juga mengenai inspeksi kualitas produk, dan barang yang diterima akhirnya seperti apa.
Untuk itu, nantinya, tutur Liu, salah satu fasilitas yang ditawarkan Jumore yakni memberikan jaminan transaksi dengan pelanggannya. Sehingga, pelanggan tidak perlu khawatir ketika melakukan pembelian melalui Jumore.
Target DMO sulit terpenuhi
Di sisi lain, APBI menilai target realisasi pemenuhan domestic market obligation (DMO) sampai akhir tahun akan tidak mencapai 25%. Mentoknya, paling hanya 20% saja.
"Realisasi sampai saat ini mayoritas belum 25%, akhir tahun mungkin hanya 20%," tutur Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir kepada media saat dijumpai di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Sebelumnya, Pandu pun pernah menuturkan, tidak semua produsen batu bara mampu memproduksi spesifikasi yang sesuai dengan aturan DMO tersebut.
"Dari 200 perusahaan batu bara, hanya 10-12 perusahaan saja yang bisa penuhi aturan DMO. Kenapa? Karena tidak semua batu bara yang dihasilkan kalorinya (gar) diterima oleh PLN," ujar Pandu.
Adapun, Kementerian ESDM mencatat, realisasi serapan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) hingga September 2018 sudah sebesar 84,9 juta ton dari target 25% produksi nasional yang dipatok 485 juta ton.
Ditemui pada kesempatan berbeda, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, realisasi serapan DMO tersebut mayoritas oleh PT PLN (Persero).
"Hingga September realisasi serapan PLN 66,9 juta ton. Serapan industri lain 18 juta ton. Industri lainnya yang menyerap seperti industri pupuk, semen, kertas dan briket," kata Agung kepada media ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (31/10/2018)
Menurut Agung, pemenuhan kewajiban DMO ini banyak didominasi oleh pelaku usaha tambang yang merupakan pemegang Perusahaan Karya Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Dia menuturkan, salah satu PKP2B yang sudah melakukan pemenuhan kuota DMO adalah PT Kideco Jaya Agung.
(gus) Next Article Harga Batu Bara Acuan Turun, Pengusaha Gembira, Tapi..
Most Popular