
Bursa Saham Regional Lagi-Lagi Selamatkan Wajah IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 November 2018 09:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,4% ke level 5.855,22. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga dibuka menguat untuk mengawali bulan November: indeks Shanghai naik 0,55%, indeks Hang Seng naik 1%, indeks Strait Times naik 0,89%, dan indeks Kospi naik 0,27%.
Bisa dikatakan, aksi beli di kawasan regional kembali menyelamatkan wajah IHSG seperti pada perdagangan kemarin (31/10/2018). Pasalnya, ada 2 sentimen negatif dari sisi domestik yang saat ini menghantui pergerakan IHSG. Pertama, penurunan peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) Indonesia. Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat 73 untuk tahun 2019, turun satu peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Posisi ini terbilang cukup memalukan. Pasalnya, negara-negara Afrika seperti Rwanda dan Kenya justru menempati posisi yang jauh lebih baik. Rwanda berada di posisi 29, sementara Kenya berada di posisi 61.
Berbagai upaya simplifikasi prosedur investasi yang tertuang dalam belasan paket kebijakan ekonomi terbukti belum menampakkan hasil yang signifikan. Investor, terutama asing, memang terlihat belum mau agresif berinvestasi di tanah air.
Pada hari Selasa (30/10/2018), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan bahwa total investasi langsung pada kuartal III-2018 turun 1,6% dibandingkan capaian kuartal III-2017 menjadi Rp 173,8 triliun. Investasi langsung dari pihak asing alias foreign direct investment (FDI) tercatat anjlok hingga 20,2% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017 menjadi Rp 89,1 triliun.
Sentimen negatif kedua bagi IHSG datang dari rilis angka Nikkei Manufacturing PMI Indonesia periode Oktober 2018 yang sebesar 50,5, turun dari capaian September 2018 yang sebesar 50,7. Posisi ini juga merupakan yang terendah dalam 3 bulan terakhir.
Sebagai informasi, data di atas 50 sebenarnya menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, ekspansi sektor manufaktur Indonesia kini tercatat sangat lambat.
Pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan bulanan sebesar 0,17%. Pada September 2018, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,18% MoM.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Bisa dikatakan, aksi beli di kawasan regional kembali menyelamatkan wajah IHSG seperti pada perdagangan kemarin (31/10/2018). Pasalnya, ada 2 sentimen negatif dari sisi domestik yang saat ini menghantui pergerakan IHSG. Pertama, penurunan peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) Indonesia. Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat 73 untuk tahun 2019, turun satu peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Posisi ini terbilang cukup memalukan. Pasalnya, negara-negara Afrika seperti Rwanda dan Kenya justru menempati posisi yang jauh lebih baik. Rwanda berada di posisi 29, sementara Kenya berada di posisi 61.
Pada hari Selasa (30/10/2018), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan bahwa total investasi langsung pada kuartal III-2018 turun 1,6% dibandingkan capaian kuartal III-2017 menjadi Rp 173,8 triliun. Investasi langsung dari pihak asing alias foreign direct investment (FDI) tercatat anjlok hingga 20,2% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017 menjadi Rp 89,1 triliun.
Sentimen negatif kedua bagi IHSG datang dari rilis angka Nikkei Manufacturing PMI Indonesia periode Oktober 2018 yang sebesar 50,5, turun dari capaian September 2018 yang sebesar 50,7. Posisi ini juga merupakan yang terendah dalam 3 bulan terakhir.
Sebagai informasi, data di atas 50 sebenarnya menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, ekspansi sektor manufaktur Indonesia kini tercatat sangat lambat.
Pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka inflasi periode Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan bulanan sebesar 0,17%. Pada September 2018, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,18% MoM.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Dibuka Naik Tipis, IHSG Langsung Putar Balik ke Zona Merah
Most Popular