Hingga Oktober, Asing Bawa Kabur Rp 27,4T dari Pasar Modal RI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 November 2018 08:43
Kembali Pesimitis
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Investor asing lagi-lagi menunjukkan pesimismenya terhadap pasar saham tanah air. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 39,9 triliun pada tahun lalu, ternyata tekanan jual berlanjut hingga tahun ini.

Sebenarnya, pesimisme investor asing pada tahun ini terbilang wajar. Pasalnya, kala IHSG meroket sebesar 19,99% pada tahun lalu pun, mereka enggan menyentuh saham-saham dalam negeri. Apalagi sekarang, kala IHSG anjlok sebesar 8,24% secara year-to-date (YTD).

Pada tahun ini, tekanan dari sisi eksternal seakan membabi-buta mengeroyok IHSG. Pertama-tama, pastinya kenaikan suku bunga acuan nan-agresif oleh the Federal Reserve selaku bank sentral AS. Sepanjang tahun ini, the Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali, masing-masing sebesar 25 bps. Tak sampai disitu, the Fed masih memproyeksikan normalisasi sebanyak 1 kali lagi pada penghujung tahun.

Normalisasi suku bunga acuan di AS membuat imbal hasil instrumen investasi pendapatan tetap disana terkerek naik. Akhirnya, pelaku pasar diberi alasan untuk melepas aset-aset berbasis rupiah dan menukarkannya menjadi dolar AS untuk dibawa ke Negeri Paman Sam.

Sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah hingga 12,05% melawan dolar AS di pasar spot.

Lebih lanjut, pelaku pasar mengkhawatirkan dampak perang dagang AS-China bagi perekonomian kedua negara sekaligus perekonomian dunia. Hingga kini, AS telah memberlakukan bea masuk baru bagi importasi produk China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal AS senilai US$ 110 miliar.

Perang dagang yang terjadi antar keduanya memang sudah mulai membebani aktivitas manufaktur di masing-masing negara. Untuk periode September 2018, Manufacturing PMI AS versi ISM diumumkan sebesar 59,8, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 60,1. Kemudian, Manufacturing PMI versi pemerintah China tercatat sebesar 50,8, juga lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,2. Teranyar, Manufacturing PMI China periode Oktober 2018 diumumkan sebesar 50,2, lebih rendah dari estimasi yang sebesar 50,6.

Risiko besar yang dibawa oleh perang dagang AS-China membuat dolar AS selaku safe haven semakin menjadi pilihan utama investor pada tahun ini.

Dari sisi geopolitik, situasi juga tak kalah ruwet. Pasca tensi geopolitik antara AS dengan Korea Utara mereda menyusul pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un, pelaku pasar dibuat takut oleh potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.

Walaupun Arab Saudi sempat berdalih bahwa tewasnya Khashoggi merupakan hasil dari perkelahian yang terjadi di Konsulat Arab Saudi di Turki, belakangan justru kian terkuak bahwa peristiwa tersebut merupakan sebuah hal yang terencana.

Perkembangan terbaru, seorang jaksa Turki mengatakan bahwa Khashoggi dicekik sampai meninggal setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Turki, sebelum kemudian tubuhnya dimutilasi, seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Lagi-lagi, investor asing diberi alasan untuk melepas aset-aset berbasis rupiah untuk dikonversi menjadi dolar AS.


(ank/roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular