
Meski Melemah 0,9%, IHSG Terbaik Kedua di Asia Pekan Ini
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 October 2018 10:59

Dari dalam negeri, penguatan IHSG di penghujung pekan ditopang oleh rilis kinerja keuangan emiten yang moncer.
Sepanjang kuartal-III 2018, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan net interest income/NII sebesar Rp 11,58 triliun, lebih besar dari konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar Rp 11,37 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 7,09 triliun, juga mengalahkan estimasi analis yang sebesar Rp 6,71 triliun.
Kemudian, PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penjualan bersih senilai Rp 77,5 triliun sepanjang 9 bulan pertama tahun ini atau tumbuh 7,25% dibandingkan capaian 9 bulan pertama tahun 2017 yang senilai Rp 72,3 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih baik ketimbang periode 9 bulan pertama tahun 2017 kala penjualan bersih hanya naik tipis 2,87% YoY.
Laba bersih perusahaan tercatat senilai Rp 9,69 triliun, naik 3,77% YoY dari yang sebelumnya Rp 9,33 triliun. Capaian ini juga lebih baik ketimbang periode 9 bulan pertama tahun 2017 kala laba bersih hanya naik sebesar 2,83% YoY.
Sayangnya, tidak semua sentimen domestik bersifat positif. Pasar nampaknya merespon negatif keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa membawa rupiah menguat.
Terlebih, tekanan bagi rupiah datang dari potensi membengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia. Kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengindikasikan bahwa CAD kuartal-III 2018 akan membengkak cukup signifikan dari capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 3,04% dari PDB.
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).
Benar saja rupiah jadi tidak punya tenaga untuk menguat di pekan ini. Dalam seminggu terakhir, rupiah terdepresiasi 0,2% terhadap dolar AS di pasar spot. Pelemahan rupiah akhirnya membatasi pergerakan IHSG dalam sepekan terakhir.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/RHG)
Sepanjang kuartal-III 2018, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan net interest income/NII sebesar Rp 11,58 triliun, lebih besar dari konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar Rp 11,37 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 7,09 triliun, juga mengalahkan estimasi analis yang sebesar Rp 6,71 triliun.
Kemudian, PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penjualan bersih senilai Rp 77,5 triliun sepanjang 9 bulan pertama tahun ini atau tumbuh 7,25% dibandingkan capaian 9 bulan pertama tahun 2017 yang senilai Rp 72,3 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih baik ketimbang periode 9 bulan pertama tahun 2017 kala penjualan bersih hanya naik tipis 2,87% YoY.
Sayangnya, tidak semua sentimen domestik bersifat positif. Pasar nampaknya merespon negatif keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%. Dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa membawa rupiah menguat.
Terlebih, tekanan bagi rupiah datang dari potensi membengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia. Kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengindikasikan bahwa CAD kuartal-III 2018 akan membengkak cukup signifikan dari capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 3,04% dari PDB.
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).
Benar saja rupiah jadi tidak punya tenaga untuk menguat di pekan ini. Dalam seminggu terakhir, rupiah terdepresiasi 0,2% terhadap dolar AS di pasar spot. Pelemahan rupiah akhirnya membatasi pergerakan IHSG dalam sepekan terakhir.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/RHG)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular