Pasar Saham Menguat, Obligasi Pemerintah Bergerak Mixed

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 October 2018 18:22
Penguatan di bursa saham kembali membuat obligasi terbitan pemerintah Indonesia tak semuanya bisa menguat.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan di bursa saham dalam negeri tak serta merta membuat obligasi pemerintah Indonesia tak semuanya bisa menguat. Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,52% ke level 5.784,92.

Aksi beli di pasar saham tanah air terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia mengalami tekanan yang besar: indeks Nikkei turun 0,4%, indeks Shanghai melemah 0,19%, indeks Hang Seng anjlok 1,11%, indeks Strait Times anjlok 1,35%, dan indeks Kospi terpangkas hingga 1,75%.

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5, 10, 15, dan 30 tahun. Pada hari ini, imbal hasil (yield) obligasi tenor 5 dan 30 tahun turun masing-masing sebesar 0,9 dan 0,7 bps. Sementara itu, yield tenor 10 dan 15 tahun masing-masing naik sebesar 7 dan 3,7 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Pelaku pasar terlihat belum begitu bernafsu memburu obligasi Indonesia, terlepas dari yield yang sudah berada dalam posisi yang relatif tinggi. Investor masih cukup sibuk berburu saham-saham yang ada di tanah air.

Pada hari ini, ada 2 saham bluechip yang menjadi primadona investor yakni PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+3,06%) dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,89%). Kedua saham tersebut menjadi menarik lantaran kinerja keuangannya yang positif.

Momen penting bagi pasar obligasi tanah air akan datang minggu depan yakni pada hari Kamis (1/11/2018). Pada tanggal tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan untuk merilis angka inflasi periode Oktober.

Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular