Mampukah IHSG Ditutup di Atas 5.700?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 October 2018 11:58
Panasnya Hubungan AS-Arab Saudi
Foto: Rekaman CCTV Jamal Khashoggi (Courtesy TRT World/Handout via Reuters)
Dari sisi geopolitik, ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.  Pada hari Selasa (23/10/2018, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.

“Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana…. Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional,” papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.

“Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab.” Kata Erdogan lebih lanjut.

Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.

"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.

Bahkan, Trump kini mulai berani menyebut bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman kemungkinan ikut terlibat.

"Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga," kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal.

Wujud sanksi AS pun mulai terlihat. Kementerian Luar Negeri AS mencabut atau tidak mengizinkan pengesahan visa bagi 21 orang warga Arab Saudi. 

"Dunia harus tahu bahwa mereka yang terlibat, tidak hanya yang melakukan tetapi juga pihak-pihak yang terkait, harus bertanggung jawab. Sanksi ini bukan yang terakhir dari AS. Bapak Presiden maupun saya tidak senang dengan situasi ini," tegas Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular