Mampukah IHSG Ditutup di Atas 5.700?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 October 2018 11:58
Perlambatan Ekonomi AS
Foto: Reuters
Beberapa waktu yang lalu, International Monetary Fund (IMF) memang sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2019 sebesar 0,2% menjadi 2,5%, dari yang sebelumnya 2,7%.

Namun, kini ada 2 hal yang semakin mengonfirmasi pandangan IMF tersebut. Sinyal pertama datang dari rilis angka penjualan rumah baru periode September yang sejumlah 553.000 unit, jauh di bawah konsensus yang sebesar 627.000 unit. Angka ini merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir.

Kemudian, sinyal perlambatan ekonomi AS juga datang dari publikasi Beige Book oleh The Federal Reserve yang menyebut bahwa dunia usaha mulai menaikkan harga akibat perang dagang dengan China. Tingginya bea masuk untuk importasi bahan baku dan barang modal asal China membuat dunia usaha semakin tidak bisa menahan untuk tidak menaikkan harga.

Beige Book adalah laporan The Fed yang merangkum hasil diskusi dengan para pelaku usaha di 12 negara bagian. Diskusi kali ini berlangsung sejak September hingga pertengahan Oktober 2018.

"Pabrik-pabrik melaporkan kenaikan harga barang jadi sudah tidak terhindarkan. Kenaikan ini disebabkan biaya yang lebih tinggi untuk impor bahan baku seperti baja yang terkait dengan kebijakan bea masuk," sebut laporan The Fed.

Perlambatan ekonomi AS tentunya akan membuat laju perekonomian negara-negara lain ikut melambat, mengingat posisinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Khusus untuk Indonesia, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018 menjadi 5,1%, dari yang sebelumnya 5,3% pada proyeksi bulan April. Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan stagnan, tetap sebesar 5,1%. Padahal, proyeksi sebelumnya berada di level 5,5%. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular