Mampukah IHSG Ditutup di Atas 5.700?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 October 2018 11:58
Mampukah IHSG Ditutup di Atas 5.700?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali hari dengan catatan buruk, yakni dibuka anjlok 1,39% ke level 5.629,95. Namun, kini pelemahan IHSG tersisa tipis saja yakni sebesar 0,19% di level 5.698,65.

Padahal di sisi lain, bursa saham utama kawasan Asia hancur lebur: indeks Nikkei anjlok 3,09%, indeks Shanghai turun 1,42%, indeks Hang Seng turun 1,84%, indeks Strait Times melemah 1,08%, dan indeks Kospi meluncur turun 2,09%.

Lantas, apa yang membuat IHSG bisa dengan cepat menipiskan kekalahannya?

Sepanjang tahun 2018 (hingga penutupan perdagangan kemarin, 24/10/2018), IHSG “hanya” terkoreksi sebesar 10,17%, lebih rendah dibandingkan koreksi yang dialami bursa saham utama Benua Kuning. Secara berturut-turut, indeks Shanghai, Hang Seng, Strait Times, dan Kospi telah terpangkas sebesar 21,28%, 15,61%, 10,9%, dan 14,99% sepanjang 2018.

Kehadiran level keramat 5.700 merupakan faktor yang membuat bursa saham dalam negeri sejauh ini sulit untuk anjlok lebih dalam. Sepanjang 2018, hanya 4 kali IHSG ditutup di bawah level 5.700 yakni pada tanggal 28 Juni, 3 Juli, 6 Juli, dan 5 September.

Ada kemungkinan, investor menganggap bahwa valuasi IHSG sudah kemurahan jika diperdagangkan di bawah level 5.700. Mengutip Reuters, price-earnings ratio (PER) IHSG per akhir perdagangan kemarin kala ditutup di level 5,709.42 adalah sebesar 15,48x.

Hari ini pun, level keramat 5.700 kembali membuktikan tajinya. IHSG nampak tak mau berlama-lama berada di bawah level 5.700.

Pertanyaannya, mampukah IHSG ditutup di atas level 5.700 pada sore hari nanti?

Kali ini, nampaknya hal tersebut akan sulit terjadi. Level 5.700 sepertinya akan kembali ditinggalkan dan mungkin untuk jangka waktu yang lumayan lama. Pasalnya, IHSG menghadapi begitu banyak sentimen negatif dari sisi eksternal dalam waktu yang bersamaan, sesuatu yang belum kita lihat pada tahun 2018. Berikut risiko-risiko yang bisa membuat IHSG harus rela meninggalkan level 5.700. Beberapa waktu yang lalu, International Monetary Fund (IMF) memang sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2019 sebesar 0,2% menjadi 2,5%, dari yang sebelumnya 2,7%.

Namun, kini ada 2 hal yang semakin mengonfirmasi pandangan IMF tersebut. Sinyal pertama datang dari rilis angka penjualan rumah baru periode September yang sejumlah 553.000 unit, jauh di bawah konsensus yang sebesar 627.000 unit. Angka ini merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir.

Kemudian, sinyal perlambatan ekonomi AS juga datang dari publikasi Beige Book oleh The Federal Reserve yang menyebut bahwa dunia usaha mulai menaikkan harga akibat perang dagang dengan China. Tingginya bea masuk untuk importasi bahan baku dan barang modal asal China membuat dunia usaha semakin tidak bisa menahan untuk tidak menaikkan harga.

Beige Book adalah laporan The Fed yang merangkum hasil diskusi dengan para pelaku usaha di 12 negara bagian. Diskusi kali ini berlangsung sejak September hingga pertengahan Oktober 2018.

"Pabrik-pabrik melaporkan kenaikan harga barang jadi sudah tidak terhindarkan. Kenaikan ini disebabkan biaya yang lebih tinggi untuk impor bahan baku seperti baja yang terkait dengan kebijakan bea masuk," sebut laporan The Fed.

Perlambatan ekonomi AS tentunya akan membuat laju perekonomian negara-negara lain ikut melambat, mengingat posisinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Khusus untuk Indonesia, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018 menjadi 5,1%, dari yang sebelumnya 5,3% pada proyeksi bulan April. Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan stagnan, tetap sebesar 5,1%. Padahal, proyeksi sebelumnya berada di level 5,5%. Dari sisi geopolitik, ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.  Pada hari Selasa (23/10/2018, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.

“Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana…. Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional,” papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.

“Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab.” Kata Erdogan lebih lanjut.

Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.

"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.

Bahkan, Trump kini mulai berani menyebut bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman kemungkinan ikut terlibat.

"Well, Pangeran menjalankan segalanya saat ini. Jadi kalau ada seseorang yang terlibat (dalam pembunuhan Khasshogi), kemungkinan dia juga," kata Trump dalam wawancara dengan Wall Street Journal.

Wujud sanksi AS pun mulai terlihat. Kementerian Luar Negeri AS mencabut atau tidak mengizinkan pengesahan visa bagi 21 orang warga Arab Saudi. 

"Dunia harus tahu bahwa mereka yang terlibat, tidak hanya yang melakukan tetapi juga pihak-pihak yang terkait, harus bertanggung jawab. Sanksi ini bukan yang terakhir dari AS. Bapak Presiden maupun saya tidak senang dengan situasi ini," tegas Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters. Permasalahan mengenai rancangan anggaran pemerintah Italia kian ruwet saja.  Pasca Komisi Eropa menolak rencana fiskal pemerintah Italia lantaran defisit yang mencapai 2,4% dari PDB, Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menyebut bahwa negaranya tidak akan mengubah anggaran tahun 2019.

"Warga Italia harus didahulukan ... Italia tidak lagi ingin menjadi pelayan untuk aturan konyol," kata Salvini.

Pemerintah Italia dan Brussel memiliki cara pandang yang berbeda. Uni Eropa memandang bahwa defisit anggaran Italia harus diminimalisir lantaran rasio utang terhadap PDB Negeri Pizza sudah mencapai 131,2% pada tahun 2017.

Di lain pihak, pemerintah Italia menganggap bahwa untuk menekan rasio utang terhadap PDB, pemerintah seharusnya bukan berhemat tapi fokus meningkatkan angka PDB. Jiak angka PDB melesat, maka rasio utang terhadap PDB bisa menciut.

Hal tersebut rencananya akan mereka lakukan dengan memberikan bantuan kepada rakyat agar bisa meningkatkan konsumsi yang pada akhirnya akan membuat dunia usaha bergeliat dan ekonomi menjadi berputar.

Nantinya, bukan tak mungkin Italia mengadopsi cara yang sama dengan yang ditempuh Inggris pada 2016 silam yakni dengan keluar dari Uni Eropa (Brexit). Memang, keluarnya Inggris dari blok ekonomi raksasa dunia tersebut bukan disebabkan oleh penolakan rancangan anggaran oleh Uni Eropa. Tapi intinya, mereka keluar lantaran ada rasa tidak puas terkait keanggotaannya di Uni Eropa. Seolah kondisi pasar keuangan dunia tak cukup panas, Prancis pun ikut-ikutan membuat masalah.

Pada minggu lalu, Uni Eropa diketahui mengirimkan surat kepada Prancis yang berisi peringatan bahwa rencana pengurangan utang pada tahun 2019 tak sesuai dengan proposal yang sudah disepakati kedua belah pihak sebelumnya. Rancangan anggaran Prancis tahun 2019 mematok defisit struktural (perbedaan antara belanja dan penerimaan, tidak termasuk pos-pos one-off) turun sebesar 0,3% atau 30 bps. Padahal pada bulan April, pemerintahan Presiden Emmanuel Macron sudah setuju untuk mengurangi defisit struktural sebesar 0,6% atau 60 bps setiap tahunnya.

Saat ini, tensi antara Prancis dan Uni Eropa memang masih lebih adem ketimbang tensi antara Italia dan Uni Eropa. Namun, jika kian panas, bukan tak mungkin French Exit pun menjadi sesuatu yang akan dihadapi pasar keuangan dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular