
Tambang China Kena Inspeksi, Harga Batu Bara Rebound
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
25 October 2018 11:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak naik 0,23% ke level US$ 109,75/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Rabu (25/10/2018). Dengan pergerakan itu, harga si batu hitam mampu rebound setelah sebelumnya tergelincir hingga keluar dari level psikologis US$110/MT.
BACA: Bursa Saham Global "Kebakaran", Harga Batu Bara Merosot
Inspeksi lingkungan di sejumlah tambang batu bara di China menjadi energi positif bagi pergerakan harga batu bara kemarin. Meski demikian, tingkat konsumsi batu bara yang lebih rendah di musim dingin menjadi penghambat.
Menteri Ekologi dan Lingkungan China menyatakan telah menyelesaikan pengecekan lingkungan pada sejumlah tambang di 10 provinsi. Upaya perlindungan lingkungan perlu dilakukan sebelum datangnya musim dingin mendatang.
Akibat inspeksi lingkungan tersebut, operasi tambang di Negeri Panda pun terhambat. Ujung-ujungnya pasokan batu bara domestik di China pun menjadi terhambat. Sentimen ini lantas mengindikasikan permintaan impor batu bara Beijing akan meningkat.
China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga apa yang terjadi di China akan sangat mempengaruhi harga.
Sentimen menguatnya permintaan dari China lantas mampu mengerek naik harga batu bara. Meski demikian, harga si batu hitam tidak mampu menguat banyak-banyak. Pasalnya, ada persepsi bahwa konsumsi batu bara di musim dingin diekspektasikan tidak akan sekuat sebelumnya.
China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin yang akan datang akan lebih hangat dari biasanya. Ramalan otoritas iklim dan cuaca di Negeri Tirai Bambu tersebut bertolak belakang dari estimasi yang muncul sebelumnya bahwa akan ada cuaca dingin ekstrim. Alasannya, ada potensi datangnya El Nino di musim dingin mendatang.
Sebelumnya, musim dingin yang lebih "menggigit" dari biasanya diperkirakan akan menyebabkan peningkatan konsumsi batu bara oleh sejumlah pembangkit listrik Negeri Tirai Bambu. Namun, saat sekarang cuaca justru diperkirakan lebih hangat, persepsi itu menjadi tidak berlaku. Akibatnya, hal ini memberikan tekanan pada harga.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik
BACA: Bursa Saham Global "Kebakaran", Harga Batu Bara Merosot
Inspeksi lingkungan di sejumlah tambang batu bara di China menjadi energi positif bagi pergerakan harga batu bara kemarin. Meski demikian, tingkat konsumsi batu bara yang lebih rendah di musim dingin menjadi penghambat.
Menteri Ekologi dan Lingkungan China menyatakan telah menyelesaikan pengecekan lingkungan pada sejumlah tambang di 10 provinsi. Upaya perlindungan lingkungan perlu dilakukan sebelum datangnya musim dingin mendatang.
Akibat inspeksi lingkungan tersebut, operasi tambang di Negeri Panda pun terhambat. Ujung-ujungnya pasokan batu bara domestik di China pun menjadi terhambat. Sentimen ini lantas mengindikasikan permintaan impor batu bara Beijing akan meningkat.
China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga apa yang terjadi di China akan sangat mempengaruhi harga.
Sentimen menguatnya permintaan dari China lantas mampu mengerek naik harga batu bara. Meski demikian, harga si batu hitam tidak mampu menguat banyak-banyak. Pasalnya, ada persepsi bahwa konsumsi batu bara di musim dingin diekspektasikan tidak akan sekuat sebelumnya.
China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin yang akan datang akan lebih hangat dari biasanya. Ramalan otoritas iklim dan cuaca di Negeri Tirai Bambu tersebut bertolak belakang dari estimasi yang muncul sebelumnya bahwa akan ada cuaca dingin ekstrim. Alasannya, ada potensi datangnya El Nino di musim dingin mendatang.
Sebelumnya, musim dingin yang lebih "menggigit" dari biasanya diperkirakan akan menyebabkan peningkatan konsumsi batu bara oleh sejumlah pembangkit listrik Negeri Tirai Bambu. Namun, saat sekarang cuaca justru diperkirakan lebih hangat, persepsi itu menjadi tidak berlaku. Akibatnya, hal ini memberikan tekanan pada harga.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular