
Dimotori Indeks Shanghai, Bursa Saham Asia Kembali Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 October 2018 17:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak mengakhiri hari di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai meroket 4,09%, indeks Hang Seng menguat 2,32%, indeks Strait Times naik 0,51%, dan indeks Kospi naik 0,25%.
Melesatnya bursa saham Benua Kuning dipimpin oleh penguatan indeks Shanghai yang belum terbendung pasca menguat sebesar 2,58% pada hari Jumat (19/10/2018). Lemahnya angka pertumbuhan ekonomi China terus saja direspons positif oleh pelaku pasar saham di sana.
Pada kuartal III-2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Lemahnya pertumbuhan ekonomi China mengindikasikan upaya otoritas untuk meredam timbunan utang, terutama yang termasuk dalam kategori shadow banking, telah membuahkan hasil.
Shadow banking merupakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana pihak ketiga seperti layaknya bank konvensional. Namun, berbeda dengan aktivitas perbankan konvensional, aktivitas shadow banking mendapatkan pengawasan yang lebih rendah dan cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi.
Permasalahan shadow banking di China merupakan salah satu risiko yang bisa membawa perekonomian dunia ke dalam jurang krisis. Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester I-2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Selain itu, 3 tokoh penting di pasar keuangan China yakni Gubernur People's Bank of China, Gubernur China Securities Regulatory Commission Liu Shiyu, dan Gubernur China Banking and Insurance Regulatory Commission kompak menyuarakan dukungannya bagi pasar saham.
Beberapa langkah tercatat diambil oleh mereka guna mendukung kinerja pasar saham domestik, salah satunya dengan merilis rancangan regulasi yang memperbolehkan anak usaha bank yang berbentuk wealth management untuk secara langsung berinvestasi ke pasar saham.
Pada pagi hari, bursa saham regional sempat melemah lantaran ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi sudah menyatakan bahwa jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki) akibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15.
Namun, Presiden AS Donald Trump tidak percaya begitu saja. Menurutnya Riyadh masih memiliki hal yang ditutupi. "Jelas ada dusta, ada kebohongan," tegas Trump.
Sejauh ini, memang belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, jika terkonfirmasi nantinya bahwa Khashoggi justru disiksa dan dimutilasi seperti yang dilaporkan The New York Times, Trump bisa dipaksa bersikap luar biasa tegas dengan sekutunya tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Data Ekonomi Mendukung, Bursa Saham Asia Kompak Menghijau
Melesatnya bursa saham Benua Kuning dipimpin oleh penguatan indeks Shanghai yang belum terbendung pasca menguat sebesar 2,58% pada hari Jumat (19/10/2018). Lemahnya angka pertumbuhan ekonomi China terus saja direspons positif oleh pelaku pasar saham di sana.
Pada kuartal III-2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Shadow banking merupakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana pihak ketiga seperti layaknya bank konvensional. Namun, berbeda dengan aktivitas perbankan konvensional, aktivitas shadow banking mendapatkan pengawasan yang lebih rendah dan cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi.
Permasalahan shadow banking di China merupakan salah satu risiko yang bisa membawa perekonomian dunia ke dalam jurang krisis. Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester I-2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Selain itu, 3 tokoh penting di pasar keuangan China yakni Gubernur People's Bank of China, Gubernur China Securities Regulatory Commission Liu Shiyu, dan Gubernur China Banking and Insurance Regulatory Commission kompak menyuarakan dukungannya bagi pasar saham.
Beberapa langkah tercatat diambil oleh mereka guna mendukung kinerja pasar saham domestik, salah satunya dengan merilis rancangan regulasi yang memperbolehkan anak usaha bank yang berbentuk wealth management untuk secara langsung berinvestasi ke pasar saham.
Pada pagi hari, bursa saham regional sempat melemah lantaran ada potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi sudah menyatakan bahwa jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki) akibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15.
Namun, Presiden AS Donald Trump tidak percaya begitu saja. Menurutnya Riyadh masih memiliki hal yang ditutupi. "Jelas ada dusta, ada kebohongan," tegas Trump.
Sejauh ini, memang belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, jika terkonfirmasi nantinya bahwa Khashoggi justru disiksa dan dimutilasi seperti yang dilaporkan The New York Times, Trump bisa dipaksa bersikap luar biasa tegas dengan sekutunya tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Data Ekonomi Mendukung, Bursa Saham Asia Kompak Menghijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular