
Selepas Melesat 2,6%, Indeks Shanghai Dibuka Flat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 October 2018 09:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca melesat 2,6% pada hari Jumat (19/10/2018), indeks Shanghai dibuka flat pada perdagangan hari ini di level 2,550.34.
Menjelang akhir pekan, indeks acuan di bursa saham China bisa melesat selepas berkutat di zona merah pada pagi hari, pasca pertumbuhan ekonomi diumumkan di bawah ekspektasi. Pada kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Namun, data ini justru diartikan positif oleh pelaku pasar. Lemahnya pertumbuhan ekonomi China mengindikasikan bahwa upaya otoritas untuk meredam timbunan utang, terutama yang termasuk dalam kategori shadow banking, telah membuahkan hasil.
Shadow banking merupakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana pihak ketiga seperti layaknya bank konvensional. Namun, berbeda dengan aktivitas perbankan konvensional, aktivitas shadow banking mendapatkan pengawasan yang lebih rendah dan cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi.
Permasalahan shadow banking di China merupakan salah satu risiko yang bisa membawa perekonomian dunia ke dalam jurang krisis. Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester-I 2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Grogi Nantikan Data Ekspor-Impor, Indeks Shanghai Melemah
Menjelang akhir pekan, indeks acuan di bursa saham China bisa melesat selepas berkutat di zona merah pada pagi hari, pasca pertumbuhan ekonomi diumumkan di bawah ekspektasi. Pada kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Namun, data ini justru diartikan positif oleh pelaku pasar. Lemahnya pertumbuhan ekonomi China mengindikasikan bahwa upaya otoritas untuk meredam timbunan utang, terutama yang termasuk dalam kategori shadow banking, telah membuahkan hasil.
Permasalahan shadow banking di China merupakan salah satu risiko yang bisa membawa perekonomian dunia ke dalam jurang krisis. Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester-I 2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Grogi Nantikan Data Ekspor-Impor, Indeks Shanghai Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular