
Rasio Utang Terhadap PDB Tertinggi sejak 2016, Apa Bahayanya?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
17 October 2018 19:20

Dengan merujuk kepada kondisi di atas, pemerintah harus lebih hati-hati. Jika suatu waktu banyak investor asing melepas kepemilikannya di SBN, tentu pelemahan rupiah bisa lebih dalam.
Pelemahan rupiah yang semakin dalam bisa mendorong BI semakin agresif menaikkan suku bunga acuannya. Suku bunga acuan yang naik mengakibatkan suku bunga kredit akan semakin tinggi. Akibatnya, kelangsungan dunia usaha semakin terancam.
Untuk itu, pemerintah perlu mempertimbangkan keberadaan investor domestik. Ketika SBN lebih banyak dipegang oleh investor domestik, maka kerentanan akibat pergerakan modal asing akan terhindarkan.
Contohnya Jepang. Meskipun rasio utang terhadap PDB negara tersebut sekitar 200%, namun sebagian besar kepemilikannya dipegang investor ritel. Artinya, jika investor melepas kepemilikannya maka tidak terlalu mengancam stabilitas nilai tukarnya.
Sejak awal tahun, kurs yen terhadap dolar AS berhasil cenderung stabil dibandingkan negara-negara emerging market lain di kawasan Asia.
Merujuk pada kondisi ini, mungkin pemerintah bisa mengikuti jejak langkah yang dilakukan Jepang. Sejauh ini pemerintah telah aktif menerbitkan surat utang ritel, baik Obligasi Ritel (ORI) maupun Sukuk Ritel (Sukri).
Selain perluasan produk, pemerintah juga disarankan memberikan insentif tambahan berupa keringanan pajak. Berdasarkan regulasi yang dilansir dari Direktorat Jenderal Pajak, besaran pajak yang dibebankan terhadap imbal hasil investor sekitar 20%.
Tingginya pajak tersebut, mungkin jadi pertimbangan bagi investor domestik untuk masuk. Oleh sebab itu, pemerintah dapat merevisi kembali aturan tersebut dengan menurunkan besaran pajak guna menarik minat masyarakat.
Jika semakin banyak investor ritel yang memegang SBN, tentu kerentanan utang pemerintah bisa diminimalisir. Meskipun rasio utang tinggi, namun perekonomian tetap terjaga kedepannya.
Pages
Most Popular