
Rupiah Terpuruk, Korporasi Tahan Diri Terbitkan Surat Utang
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
17 October 2018 14:23

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyatakan hingga kuartal III-2018 pihaknya sudah memberikan pemeringkatan terhadap Rp 96 triliun surat utang.
Dari jumlah tersebut, penerbitan surat utang tertinggi berasal dari perusahaan multifinance sebesar Rp 32,2 triliun dari 17 perusahaan, di mana sebesar Rp 24,28 triliun merupakan penerbitan obligasi.
Selanjutnya diikuti sektor perbankan dengan menerbitkan surat utang sebesar 27,67 triliun di mana Rp 26,57 triliun merupakan penerbitan obligasi.
Direktur Pefindo Vonny Widjaja mengatakan hingga 16 Oktober 2018, pihaknya telah menerima mandat pemeringkatan senilai Rp 32,2 triliun. Mandat tersebut diantaranya medium term notes (MTN) senilai Rp 6,8 triliun, obligasi sejumlah Rp 5,1 triliun, rencana realisasi penerbitan umum berkelanjutan (PUB) senilai Rp 10 triliun, PUB baru Rp 9 triliun dan sukuk senilai Rp 1,3 triliun.
"Jadi target kami mungkin lebih rendah ya dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun ini penerbitan surat utang nasional senilai Rp 152,48 triliun . Sedangkan tahun lalu juga penerbitan surat utang secara nasional itu Rp 183 triliun," tambahnya.
Setidaknya ada beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya penerbitan instrumen surat utang di tahun ini. Diantaranya pelemahan mata uang rupiah hingga kenaikan suku bungan acuan yang dapat mengakibatkan peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).
Selain itu, faktor tahun politik juga menjadi pilihan para penerbit surat utang untuk melihat kondisi ini hingga pemilihan presiden (pilpres) pada April 2019 mendatang.
"Nanti juga mandat yang diterbitkan ini bisa saja batal atau tidak jadi diambil karena mungkin ada alternatif pembiayaan yang lebih baik," tambahnya.
Sebagai tambahan informasi, pada Agustus 2018 Pefindo menyebutkan memiliki mandat pemeringkatan untuk instrumen surat utang dalam bentuk obligasi dan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) hampir Rp 70 triliun. Namun Rp 20 triliun diantaranya tak jadi terbit karena kenaikan kupon.
(roy/roy) Next Article Pefindo Sebut Rp 20 T Surat Utang Batal Terbit, Apa Sebabnya?
Dari jumlah tersebut, penerbitan surat utang tertinggi berasal dari perusahaan multifinance sebesar Rp 32,2 triliun dari 17 perusahaan, di mana sebesar Rp 24,28 triliun merupakan penerbitan obligasi.
"Jadi target kami mungkin lebih rendah ya dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun ini penerbitan surat utang nasional senilai Rp 152,48 triliun . Sedangkan tahun lalu juga penerbitan surat utang secara nasional itu Rp 183 triliun," tambahnya.
Setidaknya ada beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya penerbitan instrumen surat utang di tahun ini. Diantaranya pelemahan mata uang rupiah hingga kenaikan suku bungan acuan yang dapat mengakibatkan peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).
Selain itu, faktor tahun politik juga menjadi pilihan para penerbit surat utang untuk melihat kondisi ini hingga pemilihan presiden (pilpres) pada April 2019 mendatang.
"Nanti juga mandat yang diterbitkan ini bisa saja batal atau tidak jadi diambil karena mungkin ada alternatif pembiayaan yang lebih baik," tambahnya.
Sebagai tambahan informasi, pada Agustus 2018 Pefindo menyebutkan memiliki mandat pemeringkatan untuk instrumen surat utang dalam bentuk obligasi dan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) hampir Rp 70 triliun. Namun Rp 20 triliun diantaranya tak jadi terbit karena kenaikan kupon.
(roy/roy) Next Article Pefindo Sebut Rp 20 T Surat Utang Batal Terbit, Apa Sebabnya?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular