Harga Minyak Lambungkan Yield Obligasi 15 Tahun ke 9%

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 October 2018 10:58
Koreksi pasar surat berharga negara (SBN) membuat tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 15 tahun naik di atas level psikologis 9%, tepatnya 9,06%.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi pasar surat berharga negara (SBN) membuat tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 15 tahun naik di atas level psikologis 9%, tepatnya 9,06%. 

Hari ini, harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada awal perdagangan hari ini di tengah kenaikan harga minyak yang disebabkan kisruh Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi, yang juga bertepatan dengan penerbitan SBN melalui lelang rutin hari ini. 
Data Reuters menunjukkan, terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling terkoreksi adalah 15 tahun dengan kenaikan yield 11 basis poin (bps) ke atas level psikologis 9%, tepatnya menjadi 9,06%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun dengan kenaikan yield masing-masing 5 bps, 2 bps dan 7 bps menjadi 8,56%, 8,87%, dan 9,24%. Koreksi ini masih dipengaruhi kenaikan harga minyak di tengah kemelut Amerika Serikat (AS) dengan Arab Saudi yang masih membayangi sejak kemarin.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 12 Okt 2018 (%) Yield 15 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.5078.5635.60
FR0064 10 tahun8.858.8712.10
FR0065 15 tahun8.9559.06911.40
FR0075 20 tahun9.1699.2427.30
Avg movement6.60
Sumber: Reuters 


Lelang SBSN

Pelemahan harga SBN hari ini juga bersamaan dengan lelang rutin SBN. Menghadapi lelang, pelaku pasar SBN biasanya melakukan aksi jual di pasar mengingat jadwal penerbitan melalui lelang rutin. Kali ini, lelang dilakukan pada SBN berdasarkan prinsip syariah yaitu surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara). Pemerintah berniat melelang empat seri sukuk berbasis proyek (project based sukuk/PBS) dan dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) syariah. 

SPN adalah SBN jangka pendek, yaitu di bawah satu tahun. Target yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 4 triliun. Dengan kondisi pasar SBN yang masih dalam tekanan beruntun sejak awal bulan ini, kemungkinan minat atau permintaan dalam lelang SBSN akan lebih rendah daripada lelang sebelumnya Rp 10,39 triliun dan rerata sejak awal tahun Rp 12,77 triliun. 

Prediksi Menguat 

Sebelum perdagangan berjalan hari ini, pelaku pasar memprediksi harga SBN di pasar sekunder diperkirakan menguat terbatas. Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya menilai sentimen positif yang dapat mendorong apresiasi harga adalah penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah stagnansi yield obligasi AS yaitu US Treasury.   

Dia menyarankan investor bisa memanfaatkan seri FR0077 untuk melakukan transaksi cepat jangka pendek (short-term trading), didasari pada proyeksi kenaikan harga SBN di pasar sekunder pada Rabu.  

Proyeksi kenaikan harga SBN besok, lanjutnya, diwarnai estimasi turunnya data lowongan pekerjaan AS (JOLTs) per Agustus 2018 dan pertumbuhan produksi Industri AS (YoY) per September.  

Maximilianus Nico Demus, Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, justru menilai pasar obligasi akan dibuka melemah dan potensi melemah terbatas sepanjang hari.  

"Meskipun neraca perdagangan surplus, namun sepertinya masih belum memberikan dampak positif terhadap pergerakan rupiah dan pasar obligasi."  

Koreksi yang terjadi hari ini membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor semakin melebar dan mencapai 570 bps, dari posisi kemarin 569 bps. Spread tersebut juga menjadi yang terlebar sejak 30 November 2016. 

Seharusnya, spread yang melebar tersebut dapat memunculkan minat investor global terhadap SBN domestik, apabila kondisi fundamental makroekonomi domestik dinilai sudah membaik. Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,16%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp850,46 triliun SBN, berporsi 36,68% dari total beredar Rp 2.318 triiliun.  

Angka kepemilikannya masih positif dibanding posisi akhir 2017 Rp 836,1 miliar, tetapi sudah berselisih negatif dengan posisi akhir September Rp 850,85 triliun dan persentasenya masih turun dari posisi awal Oktober 36,89%. Koreksidi pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang.   

Nilai tukar rupiah melemah 0,07% menjadi Rp 15.210 di hadapan tiap dolar AS. Penguatan dolar AS seiringdengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang naik 0,03% menjadi 95,091. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berhasil naik 0,23% menjadi 5.740 hingga siang ini.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular