Minyak dan Neraca Perdagangan Tekan Harga Obligasi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 October 2018 18:18
Harga obligasi rupiah pemerintah masih terkoreksi pada penutupan pasar hari ini, yang dibebani sentimen negatif kenaikan harga minyak mentah dunia.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih terkoreksi pada penutupan pasar hari ini, yang dibebani sentimen negatif kenaikan harga minyak mentah dunia dan kondisi makro ekonomi domestik. 

Data Reuters menunjukkan, terkoreksinya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga, karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah 10 tahun dan 20 tahun dengan kenaikan yield masing-masing 11 basis poin (bps) menjadi 8,85% dan 916%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga turun yaitu 5 tahun dan 15 tahun, dengan kenaikan yield 6 bps dan 9 bps menjadi 8,5% dan 8,95%. 

Koreksi harga hari ini membuat rerata kenaikan yield empat seri acuan sebesar 9,6 bps pada penutupan pasar.  

Kenaikan yield sore ini lebih besar dibandingkan posisi pagi, di mana pasar masih dipengaruhi oleh faktor minyak mentah saja.  

Semakin melemahnya pasar obligasi pada sore hari disertai oleh sentimen negatif dari pengumuman angka neraca perdagangan yang meskipun positif tetapi mencerminkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indoneksia. 

Neraca perdagangan September tercatat surplus US$ 230 juta, lebih baik daripada prediksi pelaku pasar defisit US$ 400 juta-US$600 juta. 

Meskipun surplus, nilai tersebut dicetak dari pertumbuhan ekspor 1,7% dan impor 14,18%, yang justru menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lesu. 

Di sisi lain, harga minyak mentah kembali berkontraksi hingga harga minyak Brent melewati US$ 80 per barel akibat ketegangan antara Amerika Serikat-Arab Saudi terkait wartawan yang menghilang.

Yield Obligasi Negara Acuan 15 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 12 Okt 2018 (%) Yield 15 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.4388.5076.90
FR0064 10 tahun8.7368.8511.40
FR0065 15 tahun8.8658.9559.00
FR0075 20 tahun9.0559.16911.40
Avg movement9.67
Sumber: Reuters 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa melebar kembali hingga 569 bps, dari posisi akhir pekan lalu 556 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun tipis menjadi 3,17% yang menunjukkan adanya kenaikan harga. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 850,46 triliun SBN, atau 36,68% dari total beredar Rp 2.318 triiliun per 12 Oktober.  

Angka kepemilikannya negatif Rp 390 miliar dibanding posisi September Rp 850,85 triliun dan persentasenya masih turun dari posisi awal Oktober 36,89%. 

Sejak awal tahun, masih tercatat aliran dana masuk dari investor global Rp 14,36 triliun, dibanding aliran dana asing yang masuk ke pasar SBN Rp 153,56 triliun sepanjang Januari-September 2017, dan Rp 170,34 triliun sepanjang 2017. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadidi pasar ekuitas.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,51% menjadi 5.727 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah stagnan di Rp 15.200 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang justru turun -0,17% menjadi 95,058. 

Lelang SBSN Besok 

Menghadapi perdagangan Selasa, pelaku pasar SBN biasanya melakukan aksi jual di pasar mengingat jadwal penerbitan melalui lelang rutin. 

Besok, pemerintah berniat melelang SBN berdasarkan prinsip syariah, yaitu surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara). 

Seri yang dilelang adalah empat seri sukuk berbasis proyek (project based sukuk/PBS) dan dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) syariah. SPN adalah SBN jangka pendek, yaitu di bawah satu tahun.

Target yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 4 triliun. Dengan kondisi pasar SBN yang masih dalam tekanan sejak awal bulan ini, kemungkinan besok minat atau permintaan dalam lelang SBSN akan lebih rendah daripada lelang sebelumnya Rp 10,39 triliun atau rerata sejak awal tahun Rp 12,77 triliun.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular