
Internasional
Perang Dagang, Minat Investor AS Beli Obligasi China Surut
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
15 October 2018 13:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi perang dagang yang meningkat membuat penjualan obligasi China berdenominasi dolar turun tajam. Investor Amerika Serikat (AS) memilih untuk tidak mengumpulkan obligasi Tiongkok.
Berkurangnya permintaan dari AS berpengaruh pada penurunan rasio penawaran di penjualan obligasi US$ 3 miliar pada minggu lalu, yang diselenggarakan ketika pasar modal global bergerak volatilitas.
Pesanan yang masuk mengalami over subscribed 4,4 kali dari total penerbitan. Tahun lalu, penerbitan obligasi China sebesar US$2 miliar over subscribed hingga 10,5 kali.
Dengan perlambatan ekonomi China, langkah-langkah terbaru oleh pembuat kebijakan untuk menopang ekspansi, mungkin juga telah meredam nafsu luar negeri, kata Anthony Leung dari Wells Fargo & Co, seperti dikutip dari The Star Online, Senin (15/10/2018).
"Investor AS mungkin ingin tetap menunggu karena langkah-langkah pelonggaran China cenderung dirasakan oleh mereka, negara sedang bersiap-siap untuk masa depan yang sulit," jelas Anthony Leung, analis senior Wells Fargo di Hong Kong.
Secara lebih luas, "saat ini mungkin tidak mengejutkan melihat permintaan AS menurun di tengah perang perdagangan dan kekhawatiran peretasan," katanya.
Investor ritel AS hanya mengambil 2 persen dari surat utang China lima tahun pada penerbitan minggu lalu, tahun lalu porsinya mencapai 20%. Adapun obligasi 10 tahun yang diambil investor AS turun hingga 4%, dari 19 persen tahun lalu.
"Sentimen pasar yang lemah dan harga yang rendah" dari penjualan berpengaruh pada pesanan yang lebih tipis, kata Sandra Chow, seorang analis senior di CreditSights di Singapura.
Meski begitu, "empat kali lipat masih cukup layak, dibandingkan dengan pesanan dari transaksi Asia lainnya baru-baru ini," katanya. Obligasi 5 tahun China sebesar US$1,5 miliar memberikan kupon 30 basis poin (bps) di atas obligasi AS. Obligasi 10 tahun harganya 45 bps di atas obligasi AS.
(roy) Next Article Jubir Parlemen China: Perundingan dengan AS Banyak Kemajuan
Berkurangnya permintaan dari AS berpengaruh pada penurunan rasio penawaran di penjualan obligasi US$ 3 miliar pada minggu lalu, yang diselenggarakan ketika pasar modal global bergerak volatilitas.
Pesanan yang masuk mengalami over subscribed 4,4 kali dari total penerbitan. Tahun lalu, penerbitan obligasi China sebesar US$2 miliar over subscribed hingga 10,5 kali.
Secara lebih luas, "saat ini mungkin tidak mengejutkan melihat permintaan AS menurun di tengah perang perdagangan dan kekhawatiran peretasan," katanya.
Investor ritel AS hanya mengambil 2 persen dari surat utang China lima tahun pada penerbitan minggu lalu, tahun lalu porsinya mencapai 20%. Adapun obligasi 10 tahun yang diambil investor AS turun hingga 4%, dari 19 persen tahun lalu.
"Sentimen pasar yang lemah dan harga yang rendah" dari penjualan berpengaruh pada pesanan yang lebih tipis, kata Sandra Chow, seorang analis senior di CreditSights di Singapura.
Meski begitu, "empat kali lipat masih cukup layak, dibandingkan dengan pesanan dari transaksi Asia lainnya baru-baru ini," katanya. Obligasi 5 tahun China sebesar US$1,5 miliar memberikan kupon 30 basis poin (bps) di atas obligasi AS. Obligasi 10 tahun harganya 45 bps di atas obligasi AS.
(roy) Next Article Jubir Parlemen China: Perundingan dengan AS Banyak Kemajuan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular