Rupiah Lolos dari Zona Merah, Ada Campur Tangan BI?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2018 17:09
Intervensi BI Redam Pelemahan Rupiah?
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Faktor ketiga, investor juga mengoleksi dolar AS karena lelang obligasi yang semakin dekat. Pada tengah malam waktu Indonesia, pemerintahan Presiden Donald Trump akan melelang dua seri obligasi yaitu tenor 13 dan 26 pekan. 

Jelang lelang, investor melakukan aksi jual yang masif untuk menekan harga dan menaikkan imbal hasil (yield). Kenaikan yield akan membuat kupon yang ditawarkan dalam lelang akan naik dan harganya turun. Siapa yang tidak tertarik? 

Investor terus berupaya mendorong yield ke atas dan sejauh ini cukup berhasil. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 16:47 WIB: 

 

Untuk ikut serta dalam lelang, investor tentu butuh dolar AS untuk membeli obligasi. Permintaan yang meningkat membuat dolar AS kian mahal alias menguat. 

Ketiga hal ini berhasil meredam sentimen positif dari rilis data neraca perdagangan. Pada September 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor periode September 2018 sebesar US$ 14,83 miliar atau tumbuh 1,7% year-on-year (YoY).

Meski kinerja ekspor kurang meyakinkan, tetapi impor pun tertekan. Pada September, nilai impor adalah US$ 14,6% atau tumbuh 14,18% YoY. 

Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia mampu mencatat surplus US$ 230 juta. Ini merupakan surplus perdagangan pertama sejak Juni 2018. 

Pencapaian ini sekaligus mengungguli ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekspor pada September sebesar 7,44%  YoY, impor tumbuh 25,85% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 600 juta. 

Akan tetapi, tarikan dari faktor eksternal sepertinya lebih kuat sehingga rupiah tidak mampu menguat. Bahkan kemungkinan rupiah yang stagnan pun bisa dicapai karena intervensi Bank Indonesia. 

"BI hari ini tetap melakukan intervensi terukur di pasar valas dan SBN (Surat Berharga Negara). Intervensi tidak terlalu besar, terukur, dan memperhatikan kondisi cadangan devisa," kata Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, dalam perbincangan dengan CNBC Indonesia TV. 

Tanpa intervensi BI, bukan tidak mungkin rupiah berakhir di zona merah. Rupiah patut berterima kasih kepada intervensi BI. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular