Impor Melambat di September, Apakah Ekonomi Lesu?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 October 2018 14:24

Berdasarkan kelompok barang, neraca perdagangan non-migas mencatatkan surplus sebesar US$ 1,3 miliar di bulan lalu. Sebaliknya, neraca migas membukukan defisit sebesar US$ 1,07 miliar.
Surplus perdagangan non-migas di September mampu membaik dari bulan Agustus yang “hanya” sebesar US$ 666,9 juta. Meski demikian, perlu dicatat bahwa surplus non-migas tersebut terjadi bukan gara-gara peningkatan ekspor non-migas. Pasalnya, ekspor non-migas justru menurun 5,67% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada bulan lalu.
Lemahnya ekspor non-migas tidak lepas dari koreksi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara, yang merupakan dua komoditas unggulan ekspor RI. Harga batu bara terkoreksi 3,52% di sepanjang bulan September, sedangkan harga CPO turun 3,72% di periode yang sama.
Naiknya surplus perdagangan non-migas ternyata lebih disebabkan oleh menurunnya impor non migas hingga 10,52% MtM di September. Penurunan impor ini nampaknya tidak lepas dari kebijakan pemerintah untuk menahan impor, melalui kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 untuk impor barang konsumsi.
Efek dari kebijakan ini terlihat dari penurunan impor barang konsumsi sebesar 14,97% MtM pada bulan lalu, lantas menjadi penurunan terbesar dibandingkan dua kelompok lainnya yakni impor bahan baku (-13,53%) dan impor barang modal (-10,45%).
Kemudian, intensi pemerintah untuk menunda sebagian proyek infrastruktur nampaknya sudah mulai tercermin pada penurunan impor bahan baku dan barang modal pada bulan lalu.
Sebelumnya, upaya pemerintah untuk menahan laju pembangunan infrastruktur terefleksikan dari belanja modal pemerintah yang turun sekitar 5,7% YoY pada periode Januari-Agustus 2018, mengutip data dari APBN KiTA.
(NEXT)
(RHG/RHG)
Surplus perdagangan non-migas di September mampu membaik dari bulan Agustus yang “hanya” sebesar US$ 666,9 juta. Meski demikian, perlu dicatat bahwa surplus non-migas tersebut terjadi bukan gara-gara peningkatan ekspor non-migas. Pasalnya, ekspor non-migas justru menurun 5,67% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada bulan lalu.
Lemahnya ekspor non-migas tidak lepas dari koreksi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batu bara, yang merupakan dua komoditas unggulan ekspor RI. Harga batu bara terkoreksi 3,52% di sepanjang bulan September, sedangkan harga CPO turun 3,72% di periode yang sama.
Efek dari kebijakan ini terlihat dari penurunan impor barang konsumsi sebesar 14,97% MtM pada bulan lalu, lantas menjadi penurunan terbesar dibandingkan dua kelompok lainnya yakni impor bahan baku (-13,53%) dan impor barang modal (-10,45%).
Kemudian, intensi pemerintah untuk menunda sebagian proyek infrastruktur nampaknya sudah mulai tercermin pada penurunan impor bahan baku dan barang modal pada bulan lalu.
Sebelumnya, upaya pemerintah untuk menahan laju pembangunan infrastruktur terefleksikan dari belanja modal pemerintah yang turun sekitar 5,7% YoY pada periode Januari-Agustus 2018, mengutip data dari APBN KiTA.
(NEXT)
(RHG/RHG)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular