Bursa Saham Berguguran, Harga CPO Anjlok 1% Lebih

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 October 2018 14:43
Harga CPO melemah 1,32% ke level MYR 2.164/ton pada perdagangan hari ini Kamis (11/10/2018) hingga pukul 13.37 WIB.
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Desember di Bursa Derivatif Malaysia bergerak melemah 1,32% ke level MYR 2.164/ton pada perdagangan hari ini Kamis (11/10/2018) hingga pukul 13.37 WIB.

Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah melemah secara 2 hari berturut-turut. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga CPO juga terkoreksi sebesar 0,54%. Alhasil, harganya kini berada di level terendah dalam lebih dari sepekan terakhir, atau sejak 2 Oktober 2018.

Sejumlah sentimen negatif memang menjadi pemberat harga CPO hari ini, utamanya dari bursa saham Asia yang berguguran.



Pasar Asia memang sedang bergejolak hari ini. Hingga pukul 13.42 WIB, indeks Hang Seng terkoreksi 3,94%, indeks Shanghai amblas 5,57%, indeks Kospi turun 4,14%, dan indeks Nikkei jatuh 3,89%.

Kejatuhan bursa saham Benua Kuning dipengaruhi bursa saham Wall Street yang merosot pada perdagangan kemarin. Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average anjlok 2,2% (831,83 poin) menjadi 25.598,74. S&P 500 anjlok 3,29% (94,66 poin) menjadi 2,785.68 dan Nasdaq Composite 4,08% (315,97 poin) menjadi 7.422,05.

Bagi indeks S&P 500 koreksi ini merupakan yang terdalam sejak Februari 2018. Sedangkan bagi indeks Nasdaq menjadi koreksi harian terbesar sejak 24 Juni 2016.

Penyebab kejatuhan bursa saham New York adalah kembali bersinarnya pasar obligasi negara AS. Hari ini, pemerintah AS melelang obligasi bertenor 3 dan 10 tahun. Hasilnya positif karena sesuai dengan target indikatif.

Untuk tenor 3 tahun, jumlah yang dimenangkan adalah US$ 36 miliar. Sedangkan untuk tenor 10 tahun, pemerintah AS menyerap US$ 23 miliar.

Yield rata-rata tertimbang untuk tenor 3 tahun adalah 2,989%, tertinggi sejak Mei 2007. Sementara yield rata-rata tertimbang untuk tenor 10 tahun adalah 3,225%, tertinggi sejak Mei 2011. Sangat menggiurkan bagi investor.

Arus modal yang terkonsentrasi ke pasar obligasi akhirnya membuat Wall Street ditinggalkan. Kekurangan 'darah', koreksi tajam tidak terhindarkan.

Bursa saham Benua Kuning maupun Negeri Paman Sam yang kebakaran lantas menjadi persepsi yang dapat mengancam keyakinan bisnis dan investasi secara global. Akibatnya, pelaku pasar juga menunda berinvestasi di komoditas CPO pada hari ini.

Kemudian, harga CPO juga dipengaruhi oleh kejatuhan harga minyak dunia ke level terendah dalam 2 pekan terakhir.

Selain dipengaruhi oleh jatuhnya Wall Street, koreksi harga sang emas hitam juga dipengaruhi oleh cadangan minyak AS pekan lalu yang naik 9,7 juta barel menjadi 410,7 juta barel, merujuk data dari American Petroleum Institute (API). Kenaikan ini jauh dibandingkan ekspektasi pasar yaitu 'hanya' 2,6 juta barel.

Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnyapermintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.

Sentimen negatif terakhir datang dari harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang terkoreksi 1,10% pada perdagangan overnight. Harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) ini lantas sudah melemah lebih dari 1% selama 2 hari berturut-turut.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.  

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/hps) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular