Sektor Konsumer Menguat 3 hari Berturut-turut, IHSG Naik 0,4%

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
10 October 2018 16:59
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pada Rabu (10/10/2018) dengan menguat 0,41%
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pada Rabu (10/10/2018) dengan menguat 0,41% ke level 5.832. IHSG menghijau di tengah bursa-bursa utama kawasan Asia yang bervariatif: indeks Hang Seng turun 0,28%, Shanghai naik 0,1% dan Nikkei naik 0,27% dan Kospi turun 1,16%.

Nilai transaksi mencapai Rp 7,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp 6,05 triliun pada penutupan kemarin. Indeks sektor barang konsumsi menguat 1,18% menjadikan motor utama pendorong IHSG.
 

Secara teknikal, penutupan IHSG sore ini membentuk pola lilin berputar (spinning), pola tersebut terbentuk karena IHSG ditutup mendekati harga pembukaannya, pola tersebut bersifat netral atau tidak menunjukan kecenderungan arah.
Sumber: Reuters

Investor asing pada hari ini kembali membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 434 miliar, lebih besar dibandingkan penjualan kemarin Rp 232 miliar. Beberapa s
aham yang paling banyak dilepas asing, yaitu: PT Bank Central Asia/BBCA (Rp 123 miliar), PT Bank Negara Indonesia/BBNI(Rp 49 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia/BBRI (Rp 40 miliar) dan PT Holcim Indonesia/SMCB (Rp 37 miliar).

Kenaikan indeks sore ini juga didorong oleh sektor keuangan yang menguat. Sempat melemah hingga 0,7% pukul 11:30, indeks keuangan berbalik menguat dan ditutup pada zona hijau. Penguatan sektor keuangan tersebut seiring dengan penguatan rupiah yang naik 0,18% ke level Rp 15.198/dolar AS di pasar spot. 

Gejolak penguatan dolar AS sudah sedikit mereda setelah pemerintah AS melakukan lelang obligasi pada 9 Oktober waktu setempat yaitu untuk tenor-tenor jangka pendek seperti 4, 13, 26, dan 52 minggu. 

Namun, kondisi rupiah saat ini masih di jalur pelemahan, mengingat Indonesia masih defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD). Tingginya harga minyak mentah dunia memantik kekhawatiran current account deficit (CAD) Indonesia kian melebar.


Terlebih kini harga minyak mentah WTI sudah bertengger di level US$ 74.89/barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjenis brent yang menjadi acuan Pemerintah RI berada di level US$ 84.7/barel hingga sore ini.

Defisit perdagangan migas menjadi sumber melebarnya defisit neraca dagang Indonesia yang pada akhirnya membebani CAD. Secara kumulatif dari periode Januari-Juli 2018, defisit migas sudah mencapai US$ 8,35 miliar, melambung 54,6% dari capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 5,40 miliar.

Sebagai informasi, CAD Indonesia pada kuartal-II 2018 menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB. Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Baca: Bursa AS Bergejolak, Mampukah IHSG Lanjutkan Penguatan?


(yam/hps) Next Article Waspada, Esok IHSG Berpotensi Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular