
analisis teknikal
Bursa AS Bergejolak, Mampukah IHSG Lanjutkan Penguatan?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
10 October 2018 07:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Kami memperkirakan hari ini Rabu (10/10/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak menguat antara 5.781 hingga 5.855. Sektor konsumer berpotensi memberikan poin penguatan dalam mendorong IHSG tutup pada zona hijau.
Kami mengidentifikasi kemungkinan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal. Rupiah kembali terdepresiasi yaitu 0,07% ke level Rp 15.225/US$, menyusul penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akibat penerbitan obligasi yang dilakukan Pemerintahan Trump.
Pemerintah AS telah melaksanakan lelang obligasi pada 9 Oktober 2018 waktu setempat untuk tenor jangka pendek seperti 4, 13, 26, dan 52 minggu, disusul tenor 3 dan 10 tahun pada 10 Oktober. Lelang tersebut menarik minat pelaku pasar global untuk beralih ke dolar AS.
Dari dalam negeri, sentimen positif data penjualan eceran (retail sales) yang tumbuh 6,1% periode Agustus 2018 nampaknya telah usai, sektor konsumer hanya mampu menguat 0,01%, lebih rendah dari penguatan sebelumnya 2,12%.
Sektor keuangan pada perdagangan kemarin menjadi pendorong utama kenaikan IHSG, ekonomi dianggap masih cukup bergairah karena data penjualan eceran mengalami kenaikan, sektor keuangan yang dianggap sudah jenuh jual membuat investor melakukan pembelian selektif pada saham-saham perbankan.
Dari sisi teknikal, IHSG masih berpotensi melanjutkan kenaikan setelah tertekan 4,09% pekan lalu, indeks mulai bergerak naik menembus rerata harga selama lima hari (MA5), berdasarkan indikator teknikal rerata pergerakan (moving average/MA).
IHSG mampu mengakhiri perdagangan dengan pola lilin putih pendek (short white candle) pada zona hijau, pola tersebut memberikan sinyal akan penguatan lanjutan meski sifatnya tidak terlalu kuat.
Ruang penguatannya juga masih cukup lebar karena indeks baru keluar dari area jenuh jualnya (oversold), menurut indikator teknikal stochastic slow.
Pasar AS jatuh pada hari Selasa (9/10/2018) jatuh, seiring dengan kenaikan suku bunga, dimana seri obligasi pemerintah 10-tahun naik ke level tertinggi sejak 2011. Hasil obligasi 30-tahun jangka panjang juga mencapai nilai tertinggi sejak 2014. Beberapa Indeks pun tergelincir, Dow Jones (-0,21%), S&P 500 (-0,14%) dan NASDAQ (+0,03%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Waspada, Esok IHSG Berpotensi Melemah
Kami mengidentifikasi kemungkinan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal. Rupiah kembali terdepresiasi yaitu 0,07% ke level Rp 15.225/US$, menyusul penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akibat penerbitan obligasi yang dilakukan Pemerintahan Trump.
Pemerintah AS telah melaksanakan lelang obligasi pada 9 Oktober 2018 waktu setempat untuk tenor jangka pendek seperti 4, 13, 26, dan 52 minggu, disusul tenor 3 dan 10 tahun pada 10 Oktober. Lelang tersebut menarik minat pelaku pasar global untuk beralih ke dolar AS.
Sektor keuangan pada perdagangan kemarin menjadi pendorong utama kenaikan IHSG, ekonomi dianggap masih cukup bergairah karena data penjualan eceran mengalami kenaikan, sektor keuangan yang dianggap sudah jenuh jual membuat investor melakukan pembelian selektif pada saham-saham perbankan.
Dari sisi teknikal, IHSG masih berpotensi melanjutkan kenaikan setelah tertekan 4,09% pekan lalu, indeks mulai bergerak naik menembus rerata harga selama lima hari (MA5), berdasarkan indikator teknikal rerata pergerakan (moving average/MA).
![]() |
Ruang penguatannya juga masih cukup lebar karena indeks baru keluar dari area jenuh jualnya (oversold), menurut indikator teknikal stochastic slow.
Pasar AS jatuh pada hari Selasa (9/10/2018) jatuh, seiring dengan kenaikan suku bunga, dimana seri obligasi pemerintah 10-tahun naik ke level tertinggi sejak 2011. Hasil obligasi 30-tahun jangka panjang juga mencapai nilai tertinggi sejak 2014. Beberapa Indeks pun tergelincir, Dow Jones (-0,21%), S&P 500 (-0,14%) dan NASDAQ (+0,03%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Waspada, Esok IHSG Berpotensi Melemah
Most Popular