
Rupiah dan IHSG Anjlok, Pantaskah Selalu Menyalahkan Global?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 October 2018 13:57

Bagi Indonesia, beban itu bernama transaksi berjalan (current account). Tahun ini, transaksi berjalan mengalami defisit yang lumayan dalam, karena lebih banyak devisa yang keluar ketimbang yang masuk dalam proses ekspor-impor barang dan jasa.
Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan mencapai 3,04% PDB, terdalam sejak 2014. Pada akhir tahun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit transaksi berjalan masih di kisaran 3% PDB.
Akibatnya, rupiah melemah paling dalam di antara mata uang negara-negara utama Asia Tenggara. Ini karena rupiah kekurangan modal devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
Saat rupiah melemah, dan prospek ke depannya juga suram, maka aset-aset berbasis mata uang ini menjadi tidak menarik. Siapa yang mau memegang aset yang nilainya berpotensi turun?
Aksi pelepasan pun tidak terhindarkan yang membuat tekanan terhadap rupiah dan IHSG semakin menjadi. Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya kita tidak lagi terlampau menyalahkan faktor global atas koreksi yang dialami IHSG dan rupiah.
Faktor global memang berpengaruh, tetapi itu juga dialami oleh negara-negara lain dan mereka lebih bisa bertahan ketimbang Indonesia. Pekerjaan rumah besar bagi Indonesia adalah memperbaiki transaksi berjalan. Itu adalah prioritas utama bila tidak ingin rupiah dan IHSG terus melemah.
Kita patut menanti gebrakan baru dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk memperbaiki transaksi berjalan. Kita membutuhkan gebrakan ini, dan sebaiknya jangan selalu mengkambinghitamkan dinamika global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan mencapai 3,04% PDB, terdalam sejak 2014. Pada akhir tahun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit transaksi berjalan masih di kisaran 3% PDB.
Akibatnya, rupiah melemah paling dalam di antara mata uang negara-negara utama Asia Tenggara. Ini karena rupiah kekurangan modal devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
Aksi pelepasan pun tidak terhindarkan yang membuat tekanan terhadap rupiah dan IHSG semakin menjadi. Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya kita tidak lagi terlampau menyalahkan faktor global atas koreksi yang dialami IHSG dan rupiah.
Faktor global memang berpengaruh, tetapi itu juga dialami oleh negara-negara lain dan mereka lebih bisa bertahan ketimbang Indonesia. Pekerjaan rumah besar bagi Indonesia adalah memperbaiki transaksi berjalan. Itu adalah prioritas utama bila tidak ingin rupiah dan IHSG terus melemah.
Kita patut menanti gebrakan baru dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk memperbaiki transaksi berjalan. Kita membutuhkan gebrakan ini, dan sebaiknya jangan selalu mengkambinghitamkan dinamika global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pages
Most Popular