Ditekan Luar-Dalam, Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 October 2018 16:53
Rupiah Tertekan Aksi Jual
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Dari dalam negeri, rupiah masih terbeban akibat prospek transaksi berjalan (current account) yang suram. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit transaksi berjalan pada akhir 2018 cukup dalam yaitu di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 


Proyeksi ini membuat pasar cemas. Dengan defisit transaksi berjalan yang dalam, rupiah tentu tidak punya modal untuk menguat karena kekurangan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Sebab sumber devisa lainnya yaitu dari pasar keuangan juga seret cenderung minus karena arus modal tersedot ke Negeri Paman Sam. 

Jika defisit transaksi berjalan masih besar, setidaknya sampai akhir tahun, maka rupiah berpotensi melemah sepanjang 2018. Ini tentu bukan kabar baik. Investor mana yang mau mengoleksi aset yang nilainya ke depan akan turun? 

Prospek rupiah yang kurang menggembirakan membuat aset-aset berbasis mata uang ini terkena tekanan jual. Di pasar saham, nilai jual bersih investor asing mencapai Rp 1,16 triliun dan menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas 1,89%. Senasib dengan rupiah, koreksi IHSG juga yang paling dalam di Asia. 


Sementara di pasar obligasi, tekanan bisa dilihat dari kenaikan imbal hasil (yield) yang menandakan harga instrumen ini sedang turun. Kala penutupan pasar, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 3 tahun naik 0,3 bps. Kemudian untuk tenor 5 tahun naik 10,2 bps, tenor 10 tahun naik 10,4 bps, tenor 15 tahun naik 2,8 bps, tenor 20 tahun naik 5,9 bos, dan tenor 30 tahun naik 4,4 bps.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular