Akuisisi Tambang Batu Bara, SIAP Berharap Suspensi Dicabut

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
04 October 2018 16:23
Pasalnya, sejak 2015 saham perseroan di suspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini.
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) menargetkan bulan ini merampungkan proses izin usaha pertambangan lewat anak usahanya yakni PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWMBC), yang saat ini dalam proses persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Direktur Utama Perseroan Christian Victor Ponto mengatakan, jika izin tersebut sudah diperoleh, maka kemungkinan transaksi perdagangan sahamnya bisa kembali dilakukan. Pasalnya, sejak 2015 saham perseroan di suspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini.

"Kami masih tunggu izin ini dan persetujuan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) yang kami serahkan. Karena ini bagian dari persyaratan suspensi dibuka, karena bursa ini meunggu kapan kami produksinya," ujarnya usai di Gedung BEI, Kamis (4/10/18).

Ia menambahkan, saat ini perseroan telah memberikan seluruh keterbukaan informasi kepada BEI perihal rencana dan aksi yang telah dilakukan oleh SIAP.

Hingga saat ini, perseroan berfokus dalam penyelesaian infrastruktur jika tahapan produksi batu bara sudah bisa dilakukan paska perizinan diluncurkan oleh pemerintah.

"Kami beresin jalan, pembebasan lahan, jadi kalau sudah dikasih izin desiannya sudah ditentukan jadi tinggal jalan saja ya. Jangan sampai izin sudah keluar kami masih harus beresin jalan dan lain-lain," tambah Chris.

Melalui pertambangan batu bara milik IWBMC tersebut, perseroan menargetkan produksi batu bara minimal 50 ribu metrik ton (MT) perbulannya. Sehingga pada akhir tahun ini, perseroan telah mencatat produksi batu bara sebanyak lebih dari 100 ribu MT.

Untuk persiapan proses produksi, saat ini perseroan memiliki kontraktor sekaligus buyer yakni PT Lima Berkat Energi (LBE) yang telah melakukan pembayaran dimuka sebagai persyaratan terhadap pembelian batu bara tersebut.

Menurut laporan keuangan Agustus 2018, SIAP masih mencatatkan pendapatan senilai Rp 412 juta yang didapat oleh anak usaha lainnya yakni PT Mahaputra Adi Nusa (MAN) yang memproduksi batu galian andesit.

Sebagai tambahan informasi, BEI saat ini mengenakan sistem wajib lapor kepada perusahaan setelah melakukan pertemuan dengan direksi dan komisaris perusahaan (hearing) perihal kelangsungan usaha perusahaan.

Sedangkan BEI juga memebrikan sanksi perpanjangan penghentian perdagangan kepada SIAP hingga seluruh proses yang diminta oleh bursa rampung dilakukan.

Target Produksi
Perseroan menargetkan memproduksi batu bara lebih dari 100 ribu metrik ton (MT) hingga akhir tahun ini. Produksi tersebut diperoleh perseroan jika perizinan tambang anak usahanya yakni PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWMBC) rampung di bulan ini.

Christian mengatakan, saat ini perseroan masih berfokus merampungkan infrastruktur area tambang tersebut. Sehingga, ketika izin pertambangan diberikan pemerintah, maka IWMBC ditargetkan mampu memproduksi minimal 50 ribu MT batu bara per bulan.

"Mudah-mudahan secepatnya bulan ini rampung dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Karena kami sudah tidak ada pertanyaan lagi (dari ESDM), jadi mungkin kami hanya menunggu urutan saja," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/10/18).

Ia menambahkan, jika IWMBC sudah mulai berproduksi, mulai tahun depan perseroan menargetkan untuk menambah kapasitas produksi batu bara-nya hingga lebih dari 100 ribu MT per bulan.

Peningkatan tersebut didukung dengan rencana perseroan untuk membuat conveyor tambang guna meningkatkan pasokan produksi yang semakin tinggi.

"Kalau pakai conveyor kan bisa hingga 300 ribu MT, karena kalau misalnya pakai truk saja sudah memungkinkan untuk mengangkut batu bara yang ada. Jadi begitu izin keluar, fasilitas conveyor yang biasa dirampungkan selama 3 bulan mendatang sudah bisa dikerjakan," tambah Chris.

Hingga saat ini, perseroan telah memiliki kontraktor sekaligus buyer yakni PT Lima Berkat Energi (LBE) yang telah melakukan pembayaran dimuka sebagai persyaratan terhadap pembelian batu bara tersebut.

Nantinya, seluruh produksi batu bara perseroan masih difokuskan untuk didistribusikan secara domestik. Namun tidak menutup kemungkinan perseroan akan melakukan ekspor ke negara tujuan utama seperti India pada 2019 mendatang.

"Mungkin India ya, kalau Cina kayaknya tidak. Tergantung juga dengan regulasi pemerintah kedepannya seperti apa ya, karena kami juga ingin menambah pendapatan dari dolar jadi bukan hanya domestik saja," ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, BEI masih memberhentikan transaksi perdagangan saham (suspensi) milik perseroan sejak 2015 silam.

Saat ini, BEI masih mengenakan sistem wajib lapor kepada perusahaan setelah melakukan pertemuan dengan direksi dan komisaris perusahaan (hearing) perihal kelangsungan usaha perusahaan.

Menurut laporan keuangan Agustus 2018, SIAP masih mencatatkan pendapatan senilai Rp 412 juta yang didapat oleh anak usaha lainnya yakni PT Mahaputra Adi Nusa (MAN) yang memproduksi batu galian andesit.

(hps) Next Article 2 Tahun Disuspensi, Sekawan Intiprima Didepak dari BEI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular