Current Account Suram, Rupiah Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 October 2018 12:38

Sentimen domestik juga membebani rupiah, dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab rupiah menjadi yang terlemah di Asia. Pelaku pasar mencermati masa depan transaksi berjalan (current account) Indonesia yang suram.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit transaksi berjalan masih akan dalam. Pada akhir tahun, dia menyebut defisit transaksi berjalan di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Proyeksi ini membuat pasar cemas. Dengan defisit transaksi berjalan yang dalam, rupiah tentu tidak punya modal untuk menguat. Sebab sumber devisa lainnya yaitu dari pasar keuangan juga seret cenderung minus karena arus modal tersedot ke Negeri Paman Sam.
Jika defisit transaksi berjalan masih besar, setidaknya sampai akhir tahun, maka rupiah berpotensi melemah sepanjang 2018. Ini tentu bukan kabar baik. Investor mana yang mau mengoleksi aset yang nilainya ke depan akan turun?
Rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini pun mengalami tekanan jual. Di pasar saham, investor asing melakukan jual bersih Rp 479,98 miliar di perdagangan Sesi I sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 1,69%.
Sedangkan di pasar obligasi, indikasi terjadinya tekanan adalah kenaikan imbal hasil (yield). Saat yield naik, artinya harga sedang turun.
Pada pukul 12:47 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 5 tahun naik 9,6 basis poin (bps). Sementara tenor 10 tahun naik 9,2 bps, 15 tahun naik 2,4 bps, 20 tahun naik 2,1 bps, dan 30 tahun naik 4 bps.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit transaksi berjalan masih akan dalam. Pada akhir tahun, dia menyebut defisit transaksi berjalan di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Proyeksi ini membuat pasar cemas. Dengan defisit transaksi berjalan yang dalam, rupiah tentu tidak punya modal untuk menguat. Sebab sumber devisa lainnya yaitu dari pasar keuangan juga seret cenderung minus karena arus modal tersedot ke Negeri Paman Sam.
Rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini pun mengalami tekanan jual. Di pasar saham, investor asing melakukan jual bersih Rp 479,98 miliar di perdagangan Sesi I sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 1,69%.
Sedangkan di pasar obligasi, indikasi terjadinya tekanan adalah kenaikan imbal hasil (yield). Saat yield naik, artinya harga sedang turun.
Pada pukul 12:47 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 5 tahun naik 9,6 basis poin (bps). Sementara tenor 10 tahun naik 9,2 bps, 15 tahun naik 2,4 bps, 20 tahun naik 2,1 bps, dan 30 tahun naik 4 bps.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular