
Sri Mulyani Prediksi CAD Lebih 3%, Pasar Obligasi Meriang
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 October 2018 12:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali anjlog pada awal perdagangan hari ini, berlanjut dan bahkan lebih besar dibandingkan pelemahan yang terjadi kemarin sebagai reaksi pelaku pasar terhadap prospek perekonomian domestik.
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun, yang secara rata-rata mengalami kenaikan yield hingga 18,38 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Rerata kenaikan yield tersebut menjadi yang terbesar dari pergerakan harian seri acuan SBN, setidaknya sejak Juni 2018.
Seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%.
Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya naik 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Oct 2018
Sumber: Reuters
Sejak kemarin, pasar obligasi melemah karena dipicu pernyataan pemerintah terkait dengan proyeksi defisit neraca berjalan (CAD) akhir tahun.
Pernyataan yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut menunjukkan sikap pesimistis pemerintah terhadap prospek neraca berjalan hingga dapat menembus level psikologis 3% pada akhir tahun.
Sehingga, kondisi koreksi pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh sentimen domestik dibanding kondisi global.
Dengan pergerakan hari ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karenainvestasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Porsi kepemilikan SBN oleh investor asing mencapai Rp 856,3 triliun, 37,12% dari total SBN Rp 2.306 triliun per 2 Oktober.
Angka itu mencerminkan sudah terlihatnya aliran dana asing masuk (foreign inflow) Rp 5,45 triliun sejak dua hari pertama Oktober.
Anjloknya pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,57% hingga menjadi 5.775 siang ini.
Nilai tukar rupiah melemah 0,7% menjadi Rp 15.175 di hadapan setiap dolar AS, yang diperkuat dengan posisi Dollar Index yang naik 0,32% menjadi 96,056.
Dollar Index merupakan cerminan posisi dolar AS di hadapan mata uang negara utama dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Data Reuters menunjukkan koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling melemah signifikan hari ini adalah seri 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 23 bps menjadi 8,32%.
Seri acuan lain juga terkoreksi signifikan, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang yield-nya naik 16 bps, 16 bps, dan 17 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 3 Okt 2018 (%) | Yield 4 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.948 | 8.111 | 16.30 |
FR0064 | 10 tahun | 8.092 | 8.327 | 23.50 |
FR0065 | 15 tahun | 8.266 | 8.428 | 16.20 |
FR0075 | 20 tahun | 8.56 | 8.735 | 17.50 |
Avg movement | 18.38 |
Sejak kemarin, pasar obligasi melemah karena dipicu pernyataan pemerintah terkait dengan proyeksi defisit neraca berjalan (CAD) akhir tahun.
Pernyataan yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut menunjukkan sikap pesimistis pemerintah terhadap prospek neraca berjalan hingga dapat menembus level psikologis 3% pada akhir tahun.
Sehingga, kondisi koreksi pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh sentimen domestik dibanding kondisi global.
Dengan pergerakan hari ini, selisih(spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun mencapai 514 bps, menyempit dibanding posisi kemarin 520 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,18%, naik dari posisi kemarin dan merupakan posisi tertinggi sejak 2011.
Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karenainvestasi di pasar SBN rupiah saat ini menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Porsi kepemilikan SBN oleh investor asing mencapai Rp 856,3 triliun, 37,12% dari total SBN Rp 2.306 triliun per 2 Oktober.
Angka itu mencerminkan sudah terlihatnya aliran dana asing masuk (foreign inflow) Rp 5,45 triliun sejak dua hari pertama Oktober.
Anjloknya pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,57% hingga menjadi 5.775 siang ini.
Nilai tukar rupiah melemah 0,7% menjadi Rp 15.175 di hadapan setiap dolar AS, yang diperkuat dengan posisi Dollar Index yang naik 0,32% menjadi 96,056.
Dollar Index merupakan cerminan posisi dolar AS di hadapan mata uang negara utama dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular