
Ekspor Australia Diproyeksi Naik, Harga Batu Bara Terkerek
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 October 2018 11:38

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara Newcastle kontrak acuan tercatat menguat 0,66% ke level US$114,6/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Senin (1/10/2018).
Dengan pergerakan kemarin, harga si batu hitam kini melesat ke level tertingginya dalam 2 pekan terakhir, atau sejak 17 Septemner 2018.
Faktor yang mampu menopang harga batu bara adalah naiknya volume impor sejumlah negara konsumen batu bara menjelang musim dingin, serta meningkatnya proyeksi ekspor batu bara dari Australia.
Mengutip data teranyar dari Global Ports, impor batu bara China tercatat menanjak 0,13 juta ton secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 3,83 juta ton dalam sepekan hingga tanggal 21 September 2018.
Namun, tidak hanya Beijing yang meningkatkan pembelian batu bara, sejumlah negara konsumen batu bara juga membukukan peningkatan impor batu bara pada pekan lalu. Impor Jepang melambung 2 juta ton lebih secara WtW ke 3,56 juta ton.
Sementara impor Korea Selatan dan India juga meningkat masing-masing 0,42 juta ton dan 0,73 juta ton secara mingguan, pada pekan lalu. Permintaan yang tinggi dari negara-negara importir batu bara utama dunia ini lantas mampu menopang harga batu bara kemarin.
Negara-negara konsumen batu bara (khususnya di Belahan Bumi Utara) nampaknya mulai memenuhi stok batu bara dalam negeri untuk menghadapi musim dingin yang akan datang. Terlebih, suhu pada musim dingin mendatang diekspektasikan akan lebih dingin dari biasanya.
Sentimen positif lainnya datang dari Benua Kanguru. Pendapatan ekspor batu bara termal Australia diproyeksikan meningkat ke AU$25 miliar (US$18,07 miliar) pada periode 2018-2019, dari catatan sebelumnya sebesar AU$23 miliar (US$16,62 miliar) pada 2017-2018, mengutip data dari Departemen Industri, Inovasi, dan Ilmu Pengetahuan Australia.
Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh konsumsi yang masih sehat dari China dan India, seiring kuatnya permintaan sektor ketenagalistrikan serta pembatasan produksi batu bara domestik. Sentimen kuatnya permintaan impor tersebut lantas mampu mengerek harga batu bara ke atas.
(gus) Next Article Musim Panas Mulai Berlalu, Harga Batu Bara Terus Merosot
Dengan pergerakan kemarin, harga si batu hitam kini melesat ke level tertingginya dalam 2 pekan terakhir, atau sejak 17 Septemner 2018.
Faktor yang mampu menopang harga batu bara adalah naiknya volume impor sejumlah negara konsumen batu bara menjelang musim dingin, serta meningkatnya proyeksi ekspor batu bara dari Australia.
![]() |
Namun, tidak hanya Beijing yang meningkatkan pembelian batu bara, sejumlah negara konsumen batu bara juga membukukan peningkatan impor batu bara pada pekan lalu. Impor Jepang melambung 2 juta ton lebih secara WtW ke 3,56 juta ton.
Sementara impor Korea Selatan dan India juga meningkat masing-masing 0,42 juta ton dan 0,73 juta ton secara mingguan, pada pekan lalu. Permintaan yang tinggi dari negara-negara importir batu bara utama dunia ini lantas mampu menopang harga batu bara kemarin.
Negara-negara konsumen batu bara (khususnya di Belahan Bumi Utara) nampaknya mulai memenuhi stok batu bara dalam negeri untuk menghadapi musim dingin yang akan datang. Terlebih, suhu pada musim dingin mendatang diekspektasikan akan lebih dingin dari biasanya.
Sentimen positif lainnya datang dari Benua Kanguru. Pendapatan ekspor batu bara termal Australia diproyeksikan meningkat ke AU$25 miliar (US$18,07 miliar) pada periode 2018-2019, dari catatan sebelumnya sebesar AU$23 miliar (US$16,62 miliar) pada 2017-2018, mengutip data dari Departemen Industri, Inovasi, dan Ilmu Pengetahuan Australia.
Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh konsumsi yang masih sehat dari China dan India, seiring kuatnya permintaan sektor ketenagalistrikan serta pembatasan produksi batu bara domestik. Sentimen kuatnya permintaan impor tersebut lantas mampu mengerek harga batu bara ke atas.
(gus) Next Article Musim Panas Mulai Berlalu, Harga Batu Bara Terus Merosot
Most Popular