Walau Melemah, Rupiah Jadi Terbaik Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2018 16:47
Dolar AS Masih Enggan Melemah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dolar AS masih belum bosan menguat. Pada pukul 16:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,01%. Meski terbatas, tetapi penguatan Dollar Index berlangsung konsisten. 

Setidaknya ada dua alasan dolar AS masih mampu mempertahankan penguatannya hari ini. Pertama, hasil rapat The Federal Reserve/The Fed pekan lalu masih terasa. 

The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25%. Tidak berhenti di situ, suku bunga diperkirakan naik lagi pada Desember. Menurut CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga 25 bps pada rapat 19 Desember mencapai 77,1%. 

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di AS semakin menarik. Arus modal pun masih berdatangan ke Negeri Paman Sam sehingga dolar AS terus menanjak. 

Alasan kedua adalah investor bermain aman akibat perkembangan di Italia. Pemerintah Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte menargetkan defisit anggaran 2019-2021 sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yaitu 1,6% PDB. 

Padahal, pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran 2019 ada di kisaran 0,8% PDB. Bahkan pada 2020 pemerintah ingin memiliki anggaran seimbang (balance budget). 

Pelaku pasar grogi karena teringat pada kejadian 2009-2010, di mana Italia mengalami krisis fiskal akibat anggaran negara yang terlalu agresif. Meski reda, tetapi risiko utang Italia masih tinggi karena rasio utang pemerintah yang mencapai 131,8% PDB pada akhir 2017. 

Sewindu lalu, krisis fiskal di Italia menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global. Oleh karena itu, investor cemas risiko yang sama akan kembali terulang. 

Sikap cemas ini diwujudkan dengan melepas aset-aset di Italia, apalagi surat utang, karena risiko gagal bayar (default) akan meningkat jika utang pemerintah kian menggunung. Kalau ini terus terjadi, bukan tidak mungkin kondisi sewindu lalu akan terjadi lagi. 


Melihat risiko di besar di Benua Biru, investor bermain aman dan mengalihkan dana ke aset-aset safe haven. Pilihan utama pelaku pasar adalah dolar AS, sehingga mata uang Negeri Adidaya kian menguat. 

(aji/aji)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular